Sangat disayangkan
catatan musim haji 2015 meninggalkan banyak isu miring. Pertama, jatuhnya crane
di Komplek Masjidil Haram beberapa waktu lalu menyebabkan lebih dari seratus
jamaah haji meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka. Kedua, Tragedi Mina
di jalan 204 menuju Jamarah menewaskan lebih dari tujuh ratus jamaah haji dan
tiga ratusan lebih luka-luka.
Dua kejadiaan tersebut
melahirkan konflik opini di dunia maya yang sampai sekarang pun belum jelas. Kurangnya
bukti otentik dari pihak yang memang berwenang mengabarkannya membuat berita
simpang siur. Semua stakeholders mengklaim berita yang digarapnya benar.
Badai padang pasir yang
menerjang wilayah Mekkah saat itu lantas menjatuhkan crane ukuran raksasa yang
biasa digunakan untuk perluasan wilayah Komplek Masjidil Haram dan menghantam
bangunan yang ada di bawahnya yakni sebagian wilayah jamaah melaksanakan
ibadah. Mengenai jatuhnya crane, pandangan yang banyak beredar menyatakan bahwa
peristiwa ini adalah bentuk kelalaian pengelola komplek sampai keinginan
pemerintah untuk melakukan komersialisasi wilayah yang merupakan bukti
ekonomisasi dan konsumerisme di Mekkah.
Sisi negatif yang
membuat publik bertanya-tanya yaitu mengapa masih saja ada perluasan komplek
Masjidil Haram? Apakah benar isu komersialisasi, ekonomisasi dan konsumerisme
di Mekkah? Mengapa crane tidak kuat diterjang badai? Mengapa crane tidak ditanggalkan
untuk mengantisipasi terjadinya hal ini? Siapa yang bisa merencanakan musibah
semacam ini? Tidak ada yang mengetahui pasti akan hal ini kecuali Yang Maha
Kuasa. Jadi, untuk mengetahui kebenarannya perlu ada penelitian langsung
terkait standar operasional prosedur keamanan atas pengelolaan dan pembangunan
di komplek Masjidil Haram bersangkutan.
Sikap publik sewajibnya
netral tanpa menitikberatkan hal ini hanyalah kesalahan sepihak. Baik
pemerintah, pengelola komplek Masjidil Haram dan masyarakat hendaknya turut
berpartisipasi untuk mengingatkan, membantu dan meminimalisir hal-hal serupa
yang akan terjadi pada musim haji selanjutnya.
Kecendrungannya, hal
itu memang kerap terjadi saat musim haji. Dimana jamaah dari tahun ke tahun
yang meningkat jumlahnya dari seluruh dunia. Umat Islam berlomba-lomba untuk
datang ke Tanah Suci melakukan ritual ibadah haji. Perluasan dan pembangunan
komplek Masjidil Haram dinilai cukup wajar demi tercapainya kebutuhan jamaah
haji. Adapun fasilitas seperti hotel dan pusat perbelajaan mewah di Mekkah
merupakan hal yang berbeda dari kegiatan haji ini.
Bagi negara Indonesia
yang terdiri sekitar 80% Umat Islam, pemerintah tidak mungkin mengurangi kuota
haji lagi karena yang mendaftar sekarang saja mungkin baru bisa pergi lima
tahun mendatang. Bagaimana jika dikurangi? Sepuluh tahun baru bisa berangkat ke
Tanah Suci? Yang harus dilakukan pemerintah lebih tepatnya menjamin kebutuhan
dan tersedianya informasi atas jamaah apalagi tentang kejadian yang tidak
diinginkan. Persoalan ibadah haji juga merupakan hak ekslusif dari Sang
Pencipta yang jangan sampai ada fitnah diantara semua pihak.
Kemudian belum usai
permasalahan crane, terjadi pula Tragedi Mina yang menyisakan tanda tanya
mengapa dan bagaimana peristiwa itu sampai terjadi? Tudingan terhadap keluarga
Kerajaan Arab Saudi tersebar, ada juga yang saling menyalahkan jamaah haji dari
Iran, Mesir dan beberapa jamaah negara lain melawan arus sehingga terjadi
dorong mendorong, ada yang mengatakan jamaah bentrokan ditenggarai tidak tahan
suhu tinggi khas Padang Pasir, ada pula yang menyatakan ini merupakan
konspirasi Syiah, konspirasi Wahabi, serta pernyataan lain sebagainya yang tetap
saja sama-sama menjatuhkan korban dan tidak memberikan solusi apapun.
Lagi-lagi semua itu membahas
isu yang yang menggiring kepada perpecahan. Baik tudingan terhadap keluarga
kerajaan yang menyudutkan pemerintah Arab Saudi maupun yang menyalahkan sesama
jamaah Islam dari berbagai belahan di dunia. Seharusnya sikap publik tidaklah
saling menyalahkan, apalagi media sebagai penyambung lidah.
Kebanyakan media yang
kini merebak hanya mengutamakan rating, view dan jarang memperhatikan proses
pemberitaan akurat. Asal ada yang dapat diwawancarai langsung dijadikan sumber.
Ada foto dan/atau video, langsung dijadikan sumber. Padahal semestinya
narasumber harus dari kalangan terpercaya sehingga hasil berita akurat dan
berimbang. Ini tentu berat bagi media yang sudah terpenuhi ideologi dan
kepentingan masing-masing. Baik adanya kepentingan ekonomi maupun politik. Di
wilayah Timur Tengah saja berita yang dikeluarkan media berbeda-beda. Dari
sudut pandang yang berbeda pula. Apalagi media luar seperti Indonesia yang juga
terkendala oleh perbedaan jarak yang jauh dan bahasa komunikasi. Ada yang
langsung percaya pada pemberitaan media Timur Tengah (padahal mereka adalah
negara yang saling bersiteru) dan ada yang mencaplok mentah-mentah dari media
Barat seperti Inggris atau Amerika. Timbullah kesalahpahaman dalam merilis berita
sehingga mengembangkan gosip dan rumor.
Sebagai antisipasi atas
ketidakbenaran akan isu miring yang beredar, ada baiknya sikap publik tidak
membiarkan hal-hal negatif itu menjadi pegangan. Catat poin penting saja dari
setiap berita atau opini yang berkembang di media manapun. Lebih baik
berpikiran positif, saling membantu dan mendoakan yang terbaik bagi para korban
juga keluarga yang ditinggalkan. Hal ini lebih berguna untuk menghindari
terjadinya perpecahan dan konflik berkelanjutan. Iringi pemberitaan dengan
penelitian yang memadai dan sumber yang benar-benar berhak memberikan
klarifikasi untuk mendapatkan penjelasan akurat dan berimbang. Berhati-hatilah
jika ingin merepost ulang atau menyebarkan berita.
#Opini #IsuMiring #TragediMina #JatuhnyaCraneMekkah #MusimHaji2015
Menurut ane ini persoalan tata kelola, ... coba nia tracking kasus tragedia mina dari tahun 2001 smpai 2015. Persoalanya serupa.. Meskipun Arab saudi adalah tanah tauhid, tapi kita harus lebih objektif melihat tersebut. Yang kedua, Arab Saudi harus transparan melakukan penyelidikan atas tragedi ini, kalau bisa libatkan OKI...
ReplyDeletesorry unknown people! let me know who you are for the another time. i hope can discuss better if i see your background experience on mastery the cases of Mina.
Delete