TABLIGH AKBAR
Pentingnya Mengetahui Qiraat dalam Membaca Al-Quran bersama Syekh Asran Jabir (Qurra Qiraah Asyrah, Imam Masjid London, memiliki 20 sanad Qiraat), Syekh Giyats Abdul Bakie (Utusan Lembaga Tahfidz Internasional), Ustadz Syihabuddin Al-Hafidz (Pimpinan Ma’had Tahfizh Isy-Karima, Jateng), Ustadz Dr. Musthafa Umar, Lc. MA. (Ulama Riau). Acara ditaja pada Ahad, 13 September 2015 pukul 8.30-12.00 WIB di Masjid Al-Falah DM Jalan Sumatera, Pekanbaru.
Bismillah..
Assalamu 'alaikum wrwb
semoga ada berkah dalam tulisan ini dan menjadi amal jariyah. Berawal dari hadits yang Rasulullah SAW. Sabdakan:
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan kitab (yaitu : dengan menulisnya)”
Maka saya berusaha untuk selalu mencatat ilmu yang saya dapatkan dengan pena dan buku. Karena ilmu itu sungguh lebih mudah lepas bila tidak dicatat. Tapi juga bukan berarti habis dicatat dibiarkan saja, harus diamalkan juga sebisanya.
Kemarin, alhamdulillah saya dapat menghadiri agenda di atas yakni kajian singkat tentang Qiraat dalam Al-Quran. Meskipun suasana masih berasap, Masjid Al-Falah ternyata sudah di penuhi oleh jamaah yang ingin menghadiri majelis ilmu ini. Acara di mulai sekitar pukul 9 yang di buka oleh Ustadz Musthafa Umar, kenal kan? Kalau belum, silakan surfing ke website beliau www.musthafaumar.com
Beliau menyampaikan pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT, shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW. dan sambutan yang juga diiringi dengan ilmu. Mengenai ilmu Qiraat dalam membaca Al-Quran ini, terdapat sanad, yakni Qiraat Al-Quran (cara membaca, termasuk logat, cara berhenti,dsb) yang bersambung sampai kepada Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Misalnya dari Rasulullah kepada salah satu sahabat (ra), hitungannya satu sanad. Dari sahabat (ra) ke sahabat (ra) lainnya satu sanad. Sanad ini maksudnya bacaanya (Qiraat) persis sama dengan yang diberikan Rasulullah SAW. Memang banyak ulama paham akan kaidah Al-Quran, namun tidaklah banyak yang memiliki sanad. Di Indonesia mungkin paling banyak hanya 2 sanad, belum sampai kepada Rasulullah SAW.
Syekh Asran Jabir yang akan mengajarkan ilmu Qiraat telah menghapal Al-Quran sejak usia 7 tahun dan usia 9 tahun sudah itsqan. Beliau memiliki 20 sanad dan memahami bermacam Qiraat dari Rasulullah SAW. Maksudnya memiliki 20 sanad itu bacaan dari beliau yang (Qiraat-nya) didengar dan diajarkan langsung dari guru beliau yang turun temurun dan silsilahnya langsung kepada Rasulullah SAW. Masya Allah..
Setiap diri kita wajib menuntut ilmu karena dari yang berilmu ada yang lebih berilmu (fauqa kulli ilmi). Maka Al-Quran merupakan ilmu dari Allah yang tidak akan pernah ada habisnya untuk ditemukan. Al-Quran merupakan Kalamullah, perkataan dari Allah Yang MahaBesar, maka tidak akan ada batasnya. Semakin Al-Quran itu dikaji, semakin tidak pernah habis ilmu yang terkandung di dalamnya. Bahkan sampai habis tinta air laut dan air-air lain di muka bumi belum akan selesai Kalamullah ditulis. Termasuk ilmu Qiraat ini. Banyak sekali dan beragam faedahnya bagi kemashlahatan ummat.
Namun perlu diingat bahwa walaupun cara membaca Al-Quran boleh jadi banyak sekali dan berbeda-beda (Qiraat, tsb) namun tidak akan membuat seolah-olah Al-Quran itu ada banyak seperti kitab-kitab umat lain. Al-Quran tetap satu dan akan terjaga kemurnian bacaan apalagi kandungannya hingga akhir zaman, hal ini ditegaskan sendiri oleh Allah Azza Wa Jalla.
Orang lain, yang tidak mengetahui bacaan maupun arti Al-Quran sekalipun, akan tersentuh mendengar lantunan ayat-ayat suci ini. Hal itu dipastikan bisa terjadi karena setelah mendengar bacaannya yang menyambut bacaan Al-Quran tersebut adalah hati. Kalau kata Ustadz Musthafa Umar kita bisa merinding, tegak bulu roma lalu bergetar hati. Sebagaimana dalam Al-Quran Surah Az-Zumar ayat 23:
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.”
Sewaktu ayat tersebut di bacakan oleh Ustadz Syihabuddin, benar ternyata.. bacaan yang sesuai kaidah akan membuat kita bergetar, bacaan yang benar.. Sekali lagi, benar tajwidnya dan qiraat serta ilmu-ilmu lainnya ya. Intinya, dari kulit (bagian terluar) sampai hati (bagian terdalam) bergetar raga hingga ke jiwa manusia yang mendengarnya. Apalagi bagi yang mengetahui makna dan arti bacaan Al-Quran tersebut. Bisa sampai menangis dan pingsan seperti yang kerap terjadi pada Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Back to Ustadz Musthafa Umar, beliau menyampaikan bahwa Al-Quran juga merupakan ruh yang menghidupi kehidupan yang sebenar-benarnya. Saat ada Al-Quran di rumah menjadi hidup rumah tangganya. Saat Al-Quran ada dalam hati maka akan hidup hati seseorang tersebut. Dengan kata lain bila dalam raga kita ada ruh yang menghidupi jasad kita, maka dalam jagat raya ini Al-Quran lah yang merupakan ruh untuk menghidupinya. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran Surah As-Syura ayat 52:
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.”
Sudah sangat jelas bahwa Al-Quran itu merupakan ruh kehidupan, kitab (kumpulan bacaan), cahaya (penerang), petunjuk, yang membimbing manusia ke jalan lurus yakni penghantar kebaikan padanya di dunia dan di akhirat. Ibarat mesin ada cara menjalankannya, Al-Quran merupakan cara menjalankan kehidupan kita. Masya Allah.. Problematika umat saat ini kerap terjadi karena manusia sering lalai bahkan sudah jauh dari Al-Quran.. Subhanallah.. Nastagfirullah..
Sekitar pukul 9.30 an Syekh Asran Jabir dan Syekh Giyats Abdul Bakie sudah datang. Mereka mengenakan gamis putih. Perawakan Syekh Asran berambut dan jenggot hitam sedangkat Syekh Abdul Bakie berambut pirang dan sudah sedikit memutih keduanya berbadan sedang tidak terlalu gemuk maupun kurus. Allahu A’lam saya hanya dapat melihat dari jauh.
Setelah beberapa sambutan yang notabenenya menggunakan Allughatul ‘Arabiyyah (Bahasa Arab), saya hanya sedikit sekali bisa mengetahui arti kata-kata beliau. Untungnya ada Ustadz Syihabuddin yang menjadi penerjemah. Beliau sangat lancar sekali dalam berkomunikasi dengan kedua Syekh itu.
Syekh Giyats memberikan beberapa nasihat kurang lebih begini:
1. Innamal mu’mimul ikhwan! Sesungguhnya kita semua bersaudara. Islam ini yang menjadikan seluruh bangsa di dunia menjadi satu ummat, satu kesatuan persaudaraan. Ummat Islam di Indonesia dengan yang di Malaysia, Brunei, Turki, Bangladesh, Mesir, Arab, Iran, Irak, Suriah, Palestin, Eropa, Amerika, Afrika, dan lain-lainnya. Di antara suku-suku di Riau maupun dari luar berkumpul namun semua menjadi saudara yang bersatu di dalam masjid Al-Falah ini.
2. Bahwa kewajiban bagi seorang muslim mengetahui tentang perkembangan saudaranya di mana pun mereka. Baik yang lintas daerah sampai internasional atau lintas negara. Kita wajib mengetahui dan saling membantu minimal mendoakan saudara sesama muslim. Kita juga wajib memiliki tsaqafah (pengetahuan) yang luas mengglobal. (ini kode keras bagi kita di Indonesia untuk mengetahui bagaimana saudara kita yang berada di wilayah konflik seperti Mesir, Suriah, Palestin, dsb).
3. Berkaitan dengan pembahasan kali ini, tentang Qiraat, beliau mengatakan bahwa semakin tinggi pemahaman seseorang dan ummat terhadap Al-Quran, maka akan semakin sedikit perpecahan yang terjadi. (Nah, ini juga kode keras terhadap Indonesia yang masih sering dilanda konflik antarkeyakinan. Ummat Islam di indonesia masih bodoh, sangat minim ilmu Al-Quran-nya. Maka intinya kita wajib memiliki pemahaman tinggi terhadap Al-Quran supaya tidak mudah dipecah-pecah baik dari internal aupun eksternal. Kalau kata orang memiliki satu visi yang sama).
4. Rasullullah telah bersabda yang artinya kira-kira begini, Beliau SAW telah meninggalkan 2 perkara (agar kita tidak sesat selama-lamanya) yakni Al-Quran dan Al-Hadits. (Tinggal kitanya mau atau tidak mempelajari dan mengamalkannya?)
5. Kekuatan ummat Islam diantaranya menuntut ilmu (nomor satu, ternyata), ta’awun (saling tolong menolong), menganalisa dan memberikan solusi terbaik untuk ummat.
6. Malu untuk bermaksiat dan malu untuk tidak berprestasi. (Beliau bercerita saat tiba di Indonesia ada tanaman putri malu, rupanya di negara beliau tidak ada, jadi spontan beliau terkagum-kagum, tanaman saja bisa bergerak (malu) bila disentuh, masa manusia tidak malu. Subhanallah..)
7. Pentingnya beribadah di bulan Dzulhijjah. (seperti berpuasa, berdzikir, berqurban, berhaji, dsb)
Selanjutnya pembicara inti oleh Syekh Asran Jabir, Imam Masjid London ini menyampaikan sedikit banyak hal tentang Qiraat yakni:
1. Ilmu Qiraah Al-Quran ini termasuk ilmu yang terdepan. (maksudnya hal mendasar yang harus dipelajari).
2. Ilmu Qiraah Al-Quran diberikan langsung dari Allah SWT kepada malaikat Jibril di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW lantas beliau sabdakan kepada para keluarga dan sahabat-sahabatnya. Di mana Rasulullah SAW yang kondisinya tidak dapat membaca benar-benar berusaha untuk bisa menguasai, menghapal, dan mengajarkan ilmu ini. Begitu pula para sahabat, namun ilmu Qiraah ini menjadi kemashlahatan karena meringankan bagi pelantunnya (Al-Quran) karena sesuai dengan kebutuhan (kemampuan lidah) pembacanya.
3. Banyak sekali yang tidak paham dengan ilmu Qiraah (termasuk penulis) dan ini merupakan kesalahan besar bila kita tidak tahu, tidak berusaha mencari tahu ilmu ini. (kode keras pertama, karena biasanya di Indonesia sudah khatam iqra berarti sudah bisa baca Al-Quran, berhenti belajar mengaji, Nastaghfirullah.)
4. Beliau menyebutkan beberapa hal seperti riwayat qiraah wajah tariq. (namun penulis kurang memahamami)
5. Manfaat qiraah yaitu agar kita tidak bingung (berkonflik) bahwasanya dalam Al-Quran terdapat Al-Qiraah ini, logat-logat yang berbeda saat membacanya. Logat-logat (cara membacanya) ini terjadi dikalangan sahabat pada masa Rasulullah.
6. Hal itu terjadi karena Bahasa Arab berbeda-beda di setiap kabilah Arab. (Namun tulisannya sama, artinya sama, maknanya luas, Allahu A’lam).
7. Bahasa Al-Quran sudah mencakup seluruh logat-logat (Al-Qiraah) Bahasa Arab yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan Nabi SAW.
8. Al-Quran turun untuk mempermudah kita, dan ini berasal dari Allah SWT., bukan buatan Rasul SAW. (kode keras, Al-Quran merupakan wahyu Allah termasuk ilmu Qiraah ini, bukan buatan Rasul SAW.)
9. Faedahnya yakni mengangungkan Allah SWT, Kalamullah (Al-Quran) ini adalah ilmu yang paling mulia. (bagi penulis, membawa kita kepada sesuatu yang memang tidak pernah kita tahu sebelumnya)
10. Kalamullah ini perlu kita mengetahui ilmu-ilmunya sebagaimana al-hadits (mengenai perawi, sumbernya, sebab musabab diturunkannya, dsb)
11. Merupakan keutamanan Rasulullah, karena Beliau SAW harus menyerap, menghapal, mengulang semua riwayat Qiraah. Disaat Rasulullah SAW khawatir, bekerja keras hingga takut lupa (QS. Al-A’la), Allah menjamin akan mengumpulkan Al-Quran.
12. Maka terlebih kita, wajib belajar lebih keras lebih giat.
13. Bahwasanya Al-Quran tidak hanya dibacakan dan didengar (murotal), tapi juga harus ditanam di dalam hati.
14. Terkisah sahabat Umar Bin Khattab (ra) pernah shalat berjamaah dengan sahabat Hisyam (ra), Umar mendengar bacaan Al-Quran Surah Al-Furqan dari Hisyam berbeda versi (Qiraah-nya) dengan yang biasa dibacanya. Usai shalat Umar gusar apakah Hisyam (seolah-olah) mengubah bacaan (Qiraah) Surah Al-Furqan. Saat itu jua mereka datang menghadap Rasulullah SAW dan minta penjelasan. Beliau SAW. mengatakan bacaan (Qiraah) keduanya sama benarnya dan tidak membedakan maksud kandungan Al-Quran tersebut. Kedua baik bacaan (Qiraah) Umar dan Hisyam sama lengkapnya. (kalau tidak salah Syekh mengatakan ada 7 Qiraah dari sahabat yang shahih, ada juga yang mengatakan 10 Qiraah, haditsnya mutawatir).
15. Syarat Qiraah diantaranya yakni merupakan Bahasa Arab, bukan bahasa lain (kode keras larangan!! karena ada yang mengatakan boleh Qiraah dengan langgam bahasa daerah, ini sesat lagi menyesatkan saudaraku), sesuai dengan mushaf Utsman (literasinya/tulisannya), sesuai dengan kaidah Bahasa Arab.
16. Syekh pun memberikan contoh perbedaan Qiraah dalam QS. Al-Fatihah
a. Arrahmanirrahim. Malikiyaumiddiin
b. Arrahmanirrahimmimaalikiyaumiddin
c. Ihdinash-shira
d. Ihdinazh-zhira
e. Ihdinasy-syira
f. ‘Alaihim
g. ‘Alaihum
h. Gairil maghdhuubi ‘Alaihim
i. Gairil maghdhuubi ‘Alaihum
j. Gairil maghdhuubi ‘Alaihuma
k. Waladhdhalliin
l. Waladhdhalliina
17. Forum Answer Question (Tanya-Jawab):
Q: boleh tidak saat menjadi imam di masjid bacaan (Qiraah) kita variasikan?
A: boleh namun harus selesai dahulu bacaannya (satu rakaat) kemudian rakaat kedua baru dengan Qiraah yang berbeda. Namun alangkah baiknya imam tidak membaca Qiraah yang berbeda saat jamaah belum berilmu tentang hal itu karena akan menimbulkan fitnah. Jadi, hendaknya harus dipahami dahulu oleh jamaah yang hadir.
Q: apakah bedanya mushaf dahulu dengan yang sekarang (mushaf Utsman)?
A: sama. Namun dahulu saat diturunkan belum ada tanda baca (alias Arab gundul kalau kata orang), jadi tidak ada titik sama sekali tapi ummat masih bisa membacanya sesuai dengan Qiraah dari Rasulullah SAW, karena Islam terus berkembang umat Islam yang bukan dari Arab kesulitan dalam mempelajari Al-Quran karena bahasa mereka yang dari negri-negri berbeda, maka sesuai dengan kesepakatan ulama’ mengalami tambahan berupa titik, kemudian tajwid, sehingga lebih mudah dikenali huruf per huruf dan lebih mudah dipelajari oleh kalangan non-Arab. Dahulu Al-Quran juga tidak ada mencantumkan nomor ayat, jadi beda-beda letak berhentinya ayat. Sedangkan ayatnya tidak berubah, maknanya juga tidak lantas berubah seperti yang telah terjadi dengan kitab-kitab sebelum Al-Quran yaitu Zabur, Taurat, dan Injil. Pengumpulan mushaf sekarang dimanakan Utsmani karena dilakukan saat pemerintahan Utsmani yang ditetapkan sebagai standar penulisan Al-Quran. Perkembangan penulisan Al-Quran itu sesuai dengan imam/ulama’ yang terpercaya. Jika kita mengerti sanad qiraah maka tidak akan terjadi ikhtilat.
Q: mengapa tulisan (tanda baca) di Al-Quran ada yang beda?
A: hal ini ada dalam masalah tajwid saja, hanya beda penulisannya tapi bacaannya sama yang merupakan khilaf ulama (mutawatir).
Q: bolehkah kita mengajarkan Al-Quran padahal belum bersanad?
A: untuk saat seperti sekarang boleh karena dalam keadaan darurat (minimnya ulama yang bersanad dan sulit untuk mendapatkan tempat untuk belajar dengan ulama yang bersanad), tapi rujukan qiraah harus ada sanad.
Demikian yang dapat saya tuliskan dari pemahaman saya atas pembicaraan Syekh Asran Jabir dan yang diterjemahkan olh Ustadz Syihabuddin. Allahu A’lam.
Ustadz tersebut juga menambahkan 4 kehebatan orang yang belajar dan terutama yang menghapal Al-Quran:
1. Dijaga oleh malaikat sehingga biasanya akan selalu tepat intuisinya
2. Akan diliputi mahabbah/rahmah sehingga orang lain akan melihat inner beauty-nya
3. Akan memiliki ketenangan dimanapun berada
4. Disebut-sebut Allah namanya di langit dan di bumi sehingga mahsyur-lah ia.
Terakhir ditutup oleh Syekh Giyats bahwasanya di masa awal berilah pendidikan anak-anak Al-Quran sehingga ia akan menjadi shalihin dan shalihat. Hal ini akan membentuk Usrah (keluarga) yang Shalih dan keluarga-keluarga shalih menjadi masyarakat yang shalih pula.
Seperti lingkaran kebaikan yang dimulai dari komponen kecil dari kita sendiri-keluarga-masyarakat-ummat Islam di seluruh dunia. Semoga bermanfaat.. ^^
Subhanakallahumma Wabihamdika Ash-hadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.
Wassalamualaikum wrwb.
Terimakaish sharingnya mba... aku sebelum ikut MTQ ga tahu cabang perlombaan qiraat itu yang seperti apa.. aku lihat peserta di cabang itu latihan,baru tahu.
ReplyDeleteTapi karena dia lagi latihan,segan mau nanya-nanya ...
thx penjelasannya :)
sama-sama mba mutia.. senang sekali bisa bermanfaat ^^
Delete