KPRM adalah suatu
keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal
pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang
dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya
sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak
saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak
berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang
ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan
mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara
semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon
ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan
berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan
yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan
yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama untuk menyukseskan pemilihan
tsb adalah tujuan utama dibentuknya kepengurusan KPRM ini.
Tujuan yang suci tsb hendaknya tidak ada unsur keterpaksaan dan harus berdasarkan keikhlasan serta penghormatan kepada semua pihak. Baik kepada calon ketua dan wakil ketua, terhadap tim pemenangan juga terhadap sesama pengurus KPRM. Karena ketika tujuan itu tidak ditindaklanjuti dengan ikhlas dan penghormatan akan terjadi slek, ketidakenakan hati, rasa macam-macam yang tidak sama sekali menunjang kelancaran acara pemilihan raya(pemira). Buruk sangka antaranggota akan membuat jurang pemisah yang nyata. Pikiran positif untuk bisa menilai seimbang merupakan hal yang berharga. Tidak ada yang tidak bisa di dunia ini. Semua tentu ada sisi baik dan buruk. Oknum salah kadang berpakaian benar sedangkan yang benar dipaksa menelanjangi diri dan berpakaian salah. Segala keputusan manusia dapat didiskusikan sedang Tuhan pengendali semuanya. Tujuan tetaplah hal yang wajib dicapai. Cara yang baik adalah mutlak.
Di samping keegoan ada situasi yang meminta kita untuk mengendalikannya. Saat itu perlu kedewasaan lagi-lagi menawarkan diri. Kita mau tidak mau memilihnya agar pikiran kita tetap fungsional dan logis. Egois adalah kewajaran yang tak terbantahkan. Ia menghantam muka orang yang menjadi pemujanya. Ia mencaruti kekasaran orang yang terlalu menghargainya. Egoisme dalam hal peribadatan tidaklah sama dengan hubungan interaksi sosial. Ibadah untuk Tuhan dan dilakukan secara egois serta mendahulukan diri sendiri. Sedang egois dalam sosialita merupakan kebodohan yang butuh pembelajaran. Sedikit demi sedikit musti diajari agar pandai. Ia dapat dikelola secara tetap. Yang jadi masalah biasanya kita tidak tahu peruntukannya dan sering bersikap skeptis akan egoisme. Di sini, KPRM adala sosialita yang tidak boleh egois sama sekali. Dan kenyataannya mewajibkan seperti itu.
Ringkas dari persoalan KPRM yakni kerjasama, interaksi sosial yang tidak egois, menilai positif serta seimbang, tidak berpihak dan tidak menyurangi siapapun. Saat kesemua itu dilanggar, konsekuensinya ialah ketidakadilan. Ketidakadilan memang sering terjadi tapi masih bisa dikurangi. Dengan kesadaran penuh semua orang bisa melaksanakannya.
Comments
Post a Comment