Pendidikan Masa Emas Anak
Kita sebagai manusia
yang beriman kepada Allah SWT, Sang Tuhan Pencipta Alam Semesta, percaya bahwa
tidak ada yang terjadi secara kebetulan, kan? Ya, semua yang telah
diciptakan-Nya terencana sesuai dengan yang telah tertulis di lauhul mahfuz dan
sesuai dengan keinginan-Nya. Hal itu pasti ada alasannya alias ada fungsi dan
kemanfaatannya untuk apa. Begitulah tentang otak, bagian/organ penting yang ada
di posisi paling atas tubuh manusia. Kali ini saya akan membahas sedikit
tentang otak dan betapa sangat pentingnya pendidikan untuk anak usia dini. Saya
sedikit banyak belajar di Sekolah Islam Qurrota A’yun (Baby School & Pre
School) Jl. Dahlia No. 110 Sukajadi, Pekanbaru.
Untuk memfokuskan
bahasan tentang otak yang sangat penting untuk setiap manusia terlebih untuk
anak usia dini ini, kita cermati tiga bagian otak yaitu limbik, batang otak,
dan korteks.
Limbik dikenal sebagai
tempat memori jangka panjang dan pusat emosi (positif dan negatif). Apabila
anak dalam kondisi aman, nyaman, dan menyenangkan maka sistem limbiknya akan
bekerja dengan baik dan dalam kondisi begitu anak dapat belajar dengan baik. Memori
yang tersimpan dalam sistem limbik akan membentuk karakter anak karena secara
tidak sadar dia akan mempraktekkan apa yang ada dalam limbiknya tersebut.
Batang otak dikenal
sebagai wahana pertahanan dan perlawanan. Apabila anak dalam keadaan tertekan,
takut, dan terancam, maka hanya batang otak inilah yang bekerja dan bagian otak
lain tidak dapat bekerja. Dengan begitu saat kondisi ini anak tidak dapat
belajar dengan baik.
Korteks dikenal sebagai
tempat berpikir dan bagian kerja sekolah. Bagian ini adalah pusat untuk bepikir
dan merupakan tempat memori jangka pendek. Jika sistem limbik menerima perasaan
nyaman/menyenangkan, maka lapisan ini dapat berfungsi secara baik.
Sejatinya pendidikan
merupakan pembangunan otak. Dapat diibaratkan bahwa prosesnya seperti membangun
rumah. Yang paling dasar adalah pemilihan lahan (memilih calon orangtua). Kedua,
saat kehamilan dibutuhkan nutrisi dan emosi positif pada ibunya. Ditambah pula
denga ucapan serta kegiatan yang baik dari orang tuanya. Baik ayahnya terutama
ibunya yang mengandung. Setelah lahir, anak akan melalui tahapan pembangunan. Tahap
pertama, fondasi, usia 0-2 tahun. Tahap kedua, kerangka, usia 2-7 tahun. Tahap ketiga,
dinding dan atap, usia 7-12 tahun. Tahap keempat, finishing, usia 12-18 tahun.
Pada tahapan pertama,
fondasi, 0-2 tahun, dalam otak pusat berpikir (korteks), anak dianugerahi lebih
kurang 100 milyar sel-sel otak oleh Allah SWT, masa-masa emas ini hanya terjadi
saat ini dan di usia ini. Dalam otak anak dapat terbentuk 15 ribu sampai 20
ribu sambungan antarsel. Satu sambungan sama dengan satu kemampuan. Satu sambungan
tentunya butuh nutrisi dan interaksi dengan anak tersebut. Setelah usia 2 tahun
sel-sel yang jumlahnya 100 milyar namun tidak tersambung atau berdiri sendiri,
akan mati dan hilang dari otak anak. Dapat dibayangkan betapa sedikit sambungan
dan kemampuan yang dapat dilakukan anak bila hanya sedikit nutrisi dan
interaksi yang didapat oleh anak tersebut. Hal ini semestinya mengingatkan para
perempuan, setelah melahirkan baiknya menyusui selama 2 tahun secara intens
agar anak mendapat nutrisi dan interaksi yang positif pada masa-masa itu. Ada beberapa
tugas yang harus dilakukan oleh orangtua yakni membangun kepercayaan anak,
membangun otak pusat pendengaran, penglihatan, sensori-motork, pusat rasa, dan
penciuman. Kepercayaan yang dibentuk dari orang tua akan membuat anak menjadi
seseorang yang adabtable dikemudian hari. Begitu pula indera lainnya. Ada
dampak yang akan terjadi pada anak jika hal tersebut tidak berjalan dengan
lancar.
Pada tahapan kedua, kerangka,
2-7 tahun. Pada usia ini anak merupakan peneliti ulung, yang memperhatikan
dengan detail. Anak akan menjadi komunikator yang suka berbicara mengungkapkan
apa saja yang diinginkannya. Dan biasanya saat inilah anak berperan sebagai
pelaku utama, yang segala-galanya dia. Masa-masa penting anak ini menuntut
orang tua agar menyiapkan waktu, memiliki ilmu pengetahuan dan mempunyai
kemauan untuk membangun kebutuhan otaknya.
Pada tahapan ketiga,
dinding dan atap, 7-12 tahun, seharusnya anak siap menerima knowledge yang
diberikan para guru di hari-hari kehidupannya. Maka anak sudah bisa masuk
sekolah yang umum untuk membangun aturan, pengetahuan dan bagaimana karakter
anak.
Pada tahapan keempat,
finishing, 12-18 tahun, seharusnya kemampuan sudah melekat dalam diri setiap
anak, beserta segala aturan-aturan yang telah dipahami dan akan dibawa
kemanapun dia pergi.
Seperti itulah gambaran
tentang otak dan betapa sangat pentingnya pendidikan untuk anak usia dini. Dalam
kehidupan sosial sekarang, banyak orang tua yang belum mengetahui tentang hal
ini bahkan penulis juga dibesarkan dengan metode lama para orang tua. Namun penjabaran
tentang otak ini menyadarkan kembali paradigma penulis yang notabenenya berasal
dari jurusan pendidikan (meskipun bukan sarjana pendidikan anak usia dini) dan
bagaimana yang seharusnya dilakukan pendidik.
Kenyataannya kebutuhan
anak usia dini akan pendidikan tidak semua orang tua bisa memenuhinya di rumah,
untuk itulah sekolah ini dapat membantu para orang tua. Namun seiring berjalan
waktu orang tua harus belajar juga membersamai tujuan masa depan terhadap
ananda. Apalagi generasi muda. Untuk membentuk manusia berwawasan dan pengetahuan
global serta solusi yang membumi, butuh pengetahuan dan kemauan untuk membangun
anak dari awal. Apalagi iman dan taqwa sebagai pembentuk moral. Sudah semestinya
menjadi landasan untuk bangsa ini.
Saya ingin menceritakan
selayang pandang tentang sekolah ini. Sekolah ini sangat mengutamakan pemahaman
pendidik dan orang tua sebagai partner atas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Qurrota A’yun ini merupakan Sekolah untuk anak usia dini berbasis Islam
sebagaimana yang telah diajarkan oleh Sang tauladan sepanjang masa, Muhammad,
Rasulullah SAW. Sekolah ini menggunakan metode pendekatan BCCT (Beyond Centers
and Circles Time) yang dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research
and Training (CCCRT) Florida, United Stated. Metode ini merupakan pengembangan
pendekatan Montessori, High/Scope, dan Reggio Emilia. Di Creative Pre School
Florida, USA metode ini digunaan sejak tahun 80-an untuk anak typical maupun
need child. BCCT ini merupakan pengembangan hasil kajian teoritik dan
pengalaman empirik.
Proses pembelajaran dengan
metode BCCT (Beyond Centers and Circles Time) bila dibahasakan menjadi suatu
proses pembelajaran yang berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran.
Sentra merupakan zona atau area main yang dilengkapi dengan seperangkat alat
main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan untuk mendukung perkembangan
anak dalam 3 jenis main (main sensorimotor, main pembangunan dan main yang
membentuk keaksaraan anak). Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik duduk
bersama anak didik dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan pada anak
yang dilakukan seelum dan sesudah main. Pijakan yang dimaksud di sini adalah
masukan informasi yang sengaja diberikan oleh guru sesuai dengan kebutuhan
pembelajarannya. Ada 4 pijakan yakni pijakan lingkungan main, pijakan
pengalaman sebelum main (circle time awal), pijakan saat main/setiap anak, dan
pijakan pengalaman setelah main (circle time akhir).
Ada banyak keunggulan
diantaranya menciptakan setting pembelajaran untuk merangsang anak agar aktif,
kreatif, dan mandiri dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar
mengikuti perintah, meniru, atau menghapal). Kegiatan di sekolah dengan metode
ini berpusat di beberapa sentra yakni sentra balok, sentra main peran, sentra
persiapan, sentra bahan alam, sentra seni, sentra cooking, sentra Imtaq. Sentra
disesuaikan dengan kebutuhan namun pelaksanaannya tetap sama menggunakan metode
BCCT, karena semua kegiatan dilengkapi dengan standar prosedur operasional yang
rinci. Hal ini akan memudahkan pendidik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sayangnya ada kelemahan
yang terjadi dalam masyarakat atas metode ini, seperti pola pikir masyarakat
terhadap tanggapan bahwa sekilah adalah bimbingan klasikal yang dipandu oleh
guru sehingga sulit menerima pendekatan seperti ini yang notabenenya memerlukan
perubahan paradigma. Pendidik di sini bukanlah mengajar namun fasilitator. Oleh
sebab itu hal ini butuh waktu pembelajaran yang cukup panjang dan terkesan
berat pelaksaannya.
Ciri-ciri sekolah yang
menggunakan metode BCCT yakni pembelajarannya berpusat pada anak, menempatkan
setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting, memberikan dukungan
penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan
sendiri. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator, kegiatan
anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat,
memberikan 4 jenis pijakan sebagaimana sudah dijabarkan di atas.
Sekolah ini menggunakan
domain-domain dari kurikulum (fokus perkembangan anak) yang sedikit berbeda
dari pemerintah, yakni domain estetik, domain afeksi, domain kognisi, domain
bahasa, domain sosial dan domain fisik (psikomotor).
Ada beberapa tahapan
bahasa pada anak yaitu pasif (misalnya diam), gesture (misalnya menunjuk),
serangan fisik (misalnya mendorong), serangan kata-kata (misalnya berteriak
mengakatan suatu kata), dengan kata-kata/bahasa (dengan kalimat yang kurang
tepat), kemahiran (dengan kalimat yang tepat dan sesuai dengan etika).
Begitu pula untuk
pendisiplinan pendidik menggunakan tahapan-tahapan berikut; visual looking on (tatapan
pada anak tanpa tekanan), pernyataan tidak langsung (tidak langsung menegur dan
tidak didepannya/ menyatakan yang kita harapkan anak akan melakukannya),
pertanyaan (mempertanyakannya sesuai dengan fungsi kata tanya), pernyataan
langsung (menghadap/menyebutkan nama anak agar ia melakukan yang sesuai/yang
diinginkan oleh pendidik), terakhir dan tahapan terendah adalah intervensi
fisik hal ini membuat anak less caring (misalnya saat dia lari-larian kita langsung
mengangkatnya, saat dia berbuat yang belum sesuai kita yang melakukannya).
Di sekolah ini, para
pendidik berupaya seoptimal mungkin melakukan standar operasional prosedur
metode dan tahapan-tahapan sebagaimana disebutkan di atas. Bagi calon pendidik
dan orang tua dapat mencari tahu tentang hal-hal ini karena sudah merupakan
hasil penelitian yang teoritik dan empirik. Wallahu a’lam.
berguna sekali info nya Nia.. gak kepikiran dulu pas pelatihan mestinya langsung di catat di blog biar ga lupa yaaa... kaka new bi banget ni ngeblog.. dan masih semangatnya isi isi blog QurrotaAyun, nia mau ya..bantu lengkap2in.. bahasanya bagus soalnya..
ReplyDeletealhamdulillah ka, makasiya atas motivasinya. hihi iya ka^^ tapi post d blog baru QA nia liat bagus ituuu.. mauu bgt ka, sng malah bisa bantu..:)
Delete