TO THE BIG DAY.
Episode masih berlangsung. Aku terus ikhtiar. Segala cara kulalui termasuk konsultasi pd org yg berpengalaman, senior, murabbiah, dan jg keluargaku. Semua orang memberikan pendapat dan nasihat terbaiknya. Rata-rata antusias dan mendukung keinginanku itu.
Namun sayangnya keluarga tdk lantas setuju krna aku barusaja lulus kuliah dan mungkin terlihat msh labil.
Dibalik penilaian yg menurutku tdk adil tersebut, aku selalu menunjukkan hal sebaliknya. Aku berupaya untuk mendapatkan pengalaman kerja dan belajar lebih banyak lg.
Setelah shalat istikharah serta doa yg panjang, tibalah pada waktu dimana aku dan kamu tetap sepakat melanjutkan perkenalan singkat itu mjd ssuatu yg serius yakni taaruf.
Krna kita tdk pernah bertatap muka setelah dua tahun itu, sebulan kemudian kamu langsung dtg utk nazhor melihat kondisiku apa adanya dg ddampingi ayahku. Bulan selanjutnua kamu datang lg sndri menemui ayahku. Aku apresiasi keberanianmu. Negosiasi berlangsung cukup lama diantara khitbah yang kamu utarakan.
Tiga bulan setelah itu baru jelas bahwa semuanya akan setuju ttg penentuan hari pernikahan kita. Banyak konsekuensi yg harus kita hadapi. Tapi aku memilih utk tetap bertahan karena niat utk menjaga diri dalam agama-Nya ini sungguh penting.
Dan aku hanya meminta kesederhanaan yang membahagiakan. Namun keluarga memainkan haknya dlm bbrp hal. Menurutku perjalanan TO THE BIG DAY ini terasa beyond expectation.
Dua minggu wktu persiapan acara pernikahan utk tgl 17 September 2016.
Akhirnya hari besar kita terlaksana. Alhamdulillah saaaahh. Kata yg membuat jantungku seperti mau lompat.
Ini pesta pertama dalam hidupku, di rumahku, lalu ada lg yg kedua ternyata dari keluargamu. Mereka jg ingin merayakan di tempat yg berbeda. Sebulan kemudian tgl 9 Oktober 2016 suntiang terpasang dikepalaku.
Aku syukuri nikmat tersebut walaupun mungkin dalam hati kecil ada keinginan utk hanya berbagi kecil-kecilan sahaja sebagai tanda bahwa aku sudah menikah. Pastinya hal itu lebih syari, tapi tenang rasanya mengingat hadits ini:
”Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah tolong pada Allah, dan janganlah lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah engkau mengatakan ’Andaikan aku mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ”Qadarullah wama sya’a fa’ala (Semua ini takdir Allah, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki). ’Karena kata ’andaikan’ itu membuka pintu bagi amalan setan.” (Riwayat Muslim, Ibnu Majah, Ahmad).
Aku hanya bisa tawakal dan ikut tersenyum.
Kini semuanya itu menjadi kisah sejarah kita.
Terimakasih telah membersamaiku, suami tercinta😙
Terimakasih tak terhingga untuk orang tua, keluarga besar, senior2, sahabat2, teman2, dan sesiapapun yg hadir mendoakan agar kami bahagia penuh berkah. Setahun sudah kami lalui pernikahan yg bgtu dinamis manis romantis ala ala kami.(Yang penting sih sakinah mawaddah warahmah)😄
Lagi lagi aku bersyukur dan berdoa, karena kita manusia tdk ada yg sempurna. Semoga ketidaksempurnaan kita tetap membawa berkah dan berubah menjadi kesempurnaan cinta karena Allah. Aamiin..
Comments
Post a Comment