Jika kita menginginkan sebuah bangungan yang kokoh dan megah tentu kita harus menguatkan pondasinya. Seperti sebuah pohon yang tahan dan mudah tumbang saat ada angin kencang, tentulah akarnya pasti benar-benar menghujam kuat ke bumi.
Begitulah jika kita ingin umat kita kembali berjaya seperti pada masa-masa emas umat Islam, mempunyai ketahanan dari ancaman luar pun bisa menanggulangi ancaman dari dalam.
Dengan begitu hendaknya kita harus menguatkan komponen terkecil umat ini dulu yakni ikatan keluarga di setiap rumah. Powerful family bonding istilahnya. Bagaimana ikatan atau hubungan antara suami dengan istri, hubungan antara anak dengan orang tua, dan hubungan diantara saudara. Serta yang paling utama adalah hubungan hamba dengan Rabb-nya.
Menguatkan bonding/ikatan antara anggota dalam keluarga, bukan hal yang mudah. Banyak keluarga yang terlihat bahagia di luar namun ternyata rapuh. Akidahnya bengkok, tak paham agama, mudah goyah karena iman tak di dada. Maksiat merajalela tidaklah jauh-jauh bahkan terjadi di sekitar keluarga kita. Bid'ah pun masih sering dilakukan oleh keluarga dan nyatanya banyak anggota keluarga lain seakan acuh tak acuh. Mirisnya lagi marak kasus kriminal dimana si tersangka adalah anggota keluarga korbannya. Sudah tidak ada lagi rasa takut pada Sang pencipta. Sudah tak ingat ada surga dan neraka. Seakan agama hanya memori pelajaran sekolah yang sudah diabaikan pelaksanaannya.
Kini tinggallah kita bertanya-tanya mengapa, bagaimana dan apa solusinya. Kalau dirunut mengapa hal tersebut terjadi tentu kembali pada alasan personal namun intinya iman sebagai benteng pertahanan dirinya pasti patah arang. Bagaimana bisa orang itu melakukan maksiat tentu karena kebodohan orang tersebut. Solusinya tentu harus kembali kepada Allah.
Cara memperkuat ikatan keluarga di setiap rumah dimulai dari memelihara diri kita sendiri. Sebagai orang yang beriman kita wajib mengajak anggota keluarga yang ada di rumah untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah(ﷻ) dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]
Lantas bagaimana kita bisa menjaga atau memelihara diri dan keluarga. Jawabannya tentu kita harus berilmu dan berwawasan terhadap agama ini. Kita tahu untuk mendapatkan sesuatu harus berilmu. Diri kita dulu harus dididik, baru keluarga. Seseorang yang tidak berpunya maka tidak akan bisa memberi. Jadi, biasakan diri untuk mengisi tangki ilmu dengan bermajelis.
Ibnul Qayyim berkata,
ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ
“Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”[Miftah Daris Sa’adah 1/29]
Ajak keluarga untuk hadir pengajian karena majelis dimana Kalamullah dan sabda rasul dibacakan, sehingga orang bisa mengingat Allah (dzikir) merupakan taman diantara taman-taman surga.
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [HR Tirmidzi, no. 3510, Ash Shahihah, no. 2562]
Disinilah awal dari segalanya, membangun dan memperkuat ikatan keluarga. Jangan hanya pergi ke taman hiburan. Jika kita jauh dari taman-taman surga ini bagaimana bisa melakukan sesuatu dengan baik dan sesuai dengan apa yang Allah ridhai. Sedangkan dalam Al-quran dan sunnah lah diajarkan adab makan, minum, beribadah, bertetangga, bermuamalah, menikah sampai bernegara dan lain sebagainya.
Maka dari itu pendidikan yang baik ada pada kitabullah dan sunnah. Dan satu-satunya cara bisa memahami dan mengamalkannya yaitu belajar. Duduk di majelis ilmu, mencontoh para nabi, sahabat dan ulama. Mengajarkan anak-anak membaca, menghapal dan mentadabburi Alquran. Sebagaimana sabda Rasulullah (ﷺ):
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).
Mengutip kalimat Dr. Bilal Philips, ajarkanlah alquran kepada anak-anakmu, maka alquran akan mengajarkan segalanya kepada mereka.
Walhasil jika mayoritas keluarga paham Alquran dan sunnah, pasti paham bagaimana hidup dengan tuntunan Allah. Dengan izin Allah diharapkan akan terjaga umat ini dan lingkungan pun akan aman sentosa.
Begitulah jika kita ingin umat kita kembali berjaya seperti pada masa-masa emas umat Islam, mempunyai ketahanan dari ancaman luar pun bisa menanggulangi ancaman dari dalam.
Dengan begitu hendaknya kita harus menguatkan komponen terkecil umat ini dulu yakni ikatan keluarga di setiap rumah. Powerful family bonding istilahnya. Bagaimana ikatan atau hubungan antara suami dengan istri, hubungan antara anak dengan orang tua, dan hubungan diantara saudara. Serta yang paling utama adalah hubungan hamba dengan Rabb-nya.
Menguatkan bonding/ikatan antara anggota dalam keluarga, bukan hal yang mudah. Banyak keluarga yang terlihat bahagia di luar namun ternyata rapuh. Akidahnya bengkok, tak paham agama, mudah goyah karena iman tak di dada. Maksiat merajalela tidaklah jauh-jauh bahkan terjadi di sekitar keluarga kita. Bid'ah pun masih sering dilakukan oleh keluarga dan nyatanya banyak anggota keluarga lain seakan acuh tak acuh. Mirisnya lagi marak kasus kriminal dimana si tersangka adalah anggota keluarga korbannya. Sudah tidak ada lagi rasa takut pada Sang pencipta. Sudah tak ingat ada surga dan neraka. Seakan agama hanya memori pelajaran sekolah yang sudah diabaikan pelaksanaannya.
Kini tinggallah kita bertanya-tanya mengapa, bagaimana dan apa solusinya. Kalau dirunut mengapa hal tersebut terjadi tentu kembali pada alasan personal namun intinya iman sebagai benteng pertahanan dirinya pasti patah arang. Bagaimana bisa orang itu melakukan maksiat tentu karena kebodohan orang tersebut. Solusinya tentu harus kembali kepada Allah.
Cara memperkuat ikatan keluarga di setiap rumah dimulai dari memelihara diri kita sendiri. Sebagai orang yang beriman kita wajib mengajak anggota keluarga yang ada di rumah untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah(ﷻ) dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]
Lantas bagaimana kita bisa menjaga atau memelihara diri dan keluarga. Jawabannya tentu kita harus berilmu dan berwawasan terhadap agama ini. Kita tahu untuk mendapatkan sesuatu harus berilmu. Diri kita dulu harus dididik, baru keluarga. Seseorang yang tidak berpunya maka tidak akan bisa memberi. Jadi, biasakan diri untuk mengisi tangki ilmu dengan bermajelis.
Ibnul Qayyim berkata,
ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ
“Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”[Miftah Daris Sa’adah 1/29]
Ajak keluarga untuk hadir pengajian karena majelis dimana Kalamullah dan sabda rasul dibacakan, sehingga orang bisa mengingat Allah (dzikir) merupakan taman diantara taman-taman surga.
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [HR Tirmidzi, no. 3510, Ash Shahihah, no. 2562]
Disinilah awal dari segalanya, membangun dan memperkuat ikatan keluarga. Jangan hanya pergi ke taman hiburan. Jika kita jauh dari taman-taman surga ini bagaimana bisa melakukan sesuatu dengan baik dan sesuai dengan apa yang Allah ridhai. Sedangkan dalam Al-quran dan sunnah lah diajarkan adab makan, minum, beribadah, bertetangga, bermuamalah, menikah sampai bernegara dan lain sebagainya.
Maka dari itu pendidikan yang baik ada pada kitabullah dan sunnah. Dan satu-satunya cara bisa memahami dan mengamalkannya yaitu belajar. Duduk di majelis ilmu, mencontoh para nabi, sahabat dan ulama. Mengajarkan anak-anak membaca, menghapal dan mentadabburi Alquran. Sebagaimana sabda Rasulullah (ﷺ):
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).
Mengutip kalimat Dr. Bilal Philips, ajarkanlah alquran kepada anak-anakmu, maka alquran akan mengajarkan segalanya kepada mereka.
Walhasil jika mayoritas keluarga paham Alquran dan sunnah, pasti paham bagaimana hidup dengan tuntunan Allah. Dengan izin Allah diharapkan akan terjaga umat ini dan lingkungan pun akan aman sentosa.
Comments
Post a Comment