Secara fakta, tentu saja ada hubungan kuat antara isra' mi'raj dengan Palestina yang kini sedang dibantai oleh Zionis Israel. Keterkaitan ini berkenaan dengan lokasi peristiwa isra' yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Sejarah mengungkapkan bahwa beberapa nabi yang patut diketahui oleh umat Islam adalah nabi-nabi yang berasal dari tanah suci Palestina. Sebagaimana yang dijelaskan Nabi Muhammad ﷺ moyang bangsa Arab yakni ayahanda Nabi Ismail AS, Nabi Ibrahim AS berasal dari Palestina, begitu juga dengan Nabi Ishaq AS, Nabi Yaqub AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Zakaria AS, Nabi Yahya AS, dan Nabi Isa AS. Beberapa Nabi lainnya Semisal Nabi Yusya’ Bin Nun dan Nabi Syam’un bukan termasuk ke dalam 25 nabi.
Dimulai dari kisah Nabi Ibrahim AS. Setelah menghadapi penentangan dari Raja Namrud di Babilonia (Mesopotamia) dan kaumnya yang menyembah berhala, Nabi Ibrahim AS berhijrah bersama istrinya, Sarah, dan keponakannya Nabi Luth, beliau menuju ke Tanah Kanaan, Palestina. Hijrah ini dilakukan atas perintah Allah untuk melanjutkan dakwah di tempat yang baru.
Allah berfirman:
"Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam."(QS. Al-Anbiya: 71)
Di Palestina, beliau memulai kehidupan sebagai seorang nabi yang berdakwah kepada penduduk setempat. Setelah tugas dakwahnya selesai beliau wafat dan dimakamkan di Hebron (Khalil), Palestina. Pemakaman dipimpin oleh kedua putra beliau yakni Nabi Ishaq AS dan Nabi Ismail AS yang datang dari Mekkah.
Nabi Luth AS merupakan keponakan dari Nabi Ibrahim AS. Beliau lalu diutus kepada kaum Sodom dan Gomora di wilayah dekat Laut Mati, Palestina. Kaum Sodom ialah yang pertama berbuat kerusakan homoseksual. Setelah Nabi Luth AS dan keluarganya pergi maka Allah menurunkan adzab dengan membalikkan kota mereka dan menghujaninya dengan batu dari tanah yang terbakar. Sehingga tidak ada satupun yang selamat. Kemudian beliau melanjutkan dakwahnya dan wafat di wilayah Bani Na’im, Palestina.
Sedangkan Nabi Ishaq AS, putra Nabi Ibrahim AS memang tumbuh besar sehingga mewarisi iman ayahandanya lalu diangkat menjadi nabi untuk berdakwah di Palestina hingga wafat dan dimakamkan di Hebron, Palestina bersama ayahnya.
Salah satu putra Nabi Ishaq AS yakni Nabi Ya’kub AS diangkat menjadi Nabi, berdakwah dan tinggal di Palestina. Nabi Ya’kub AS pada mulanya ingin menikahi seorang wanita yang bernama Rahil. Ia adalah putri dari pamannya. Jadilah Ya’kub menikah dengan Laya putri pertamanya dan mendapatkan keturunan yakni Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon. Setelah beberapa tahun yang dijanjikan oleh pamannya kemudian Nabi Ya’kub barulah dinikahkan dengan putri keduanya yakni bernama Rahil. Dari pernikahan inilah lahir Nabi Yusuf AS dan adiknya Bunyamin. Keturunan Ya’kub inilah yang kelak dinamakan Bani Israil. Karena Israil merupakan sebutan untuk Nabi Ya’kub AS yang berarti hamba Allah. Beliau hijrah ke wilayah Haran (Turki) dan berdakwah di sana. Selang beberapa waktu berlalu kemudian beliau diperintahkan oleh Allah untuk kembali ke Palestina hingga masa dakwahnya selesai beliau wafat dan dimakamkan di Hebron.
Nabi Yusuf AS di buang ke sumur oleh saudara-saudaranya karena kecemburuan buta mereka. Sampai takdir menjadikannya nabi di Mesir. Beliau membawa ayahnya dan juga saudara-saudaranya pindah ke Mesir dan tinggal di sana. Namun setelah wafat jenazahnya kemudian diyakini dibawa kembali ke Palestina dan dimakamkan di sana.
Nabi Musa AS merupakan keturunan Bani Israil. Diketahui bahwa kedua orangtuanya berasal dari suku Lewi yakni salah satu putra Nabi Ya’kub AS. Orangtuanya memasukkan Musa kecil kedalam keranjang kayu lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Seketika keranjang itu diambil oleh Asiyah istri Fir’aun. Musa kecil tumbuh besar di istana Fir’aun. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Musa harus keluar dari Mesir lantaran ada seseorang yang memperingatkannya bahwa para pembesar berencana membunuhnya. Lalu saat itu beliau pergi ke Madyan. Beliau bertemu dengan dua orang gadis yang kesusahan untuk mengambil air. Mereka adalah putri -putri dari Nabi Syuaib AS. Kemudian beliau dinikahkan dengan salah satu putri nabi Syuaib AS. Nabi Musa AS mendapatkan Wahyu pertama kali di bukit Thursina (Gurun Sinai). Nabi Musa AS merupakan kalimullah dapat berbicara langsung dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian beliau diperintahkan untuk kembali ke Mesir untuk berdakwah kepada Bani Israil. Beliau memimpin Bani Israil untuk dibebaskan dari perbudakan Fir’aun. Setelah mukjizatnya membelah Laut Merah, Nabi Musa AS membawa Bani Israil menuju Tanah yang dijanjikan (Palestina). Ketika Nabi Musa AS dan Bani Israil tiba di perbatasan kota Ariha, Allah memerintahkan mereka untuk berperang agar dapat masuk dan menguasai Palestina. Namun Bani Israil enggan. Oleh karena penolakan inilah, Allah memberikan hukuman kepada Bani Israil sehingga mereka tidak dapat masuk Palestina dan tersesat di Padang Tih (Gurun Sinai) selama 40 tahun lamanya. Sayangnya Nabi Musa AS wafat saat masih berada di luar Palestina. Beliau dimakamkan di dekat Gunung Nebo, yang sekarang masuk wilayah Yordania.
Kepemimpinan pun berganti kepada Nabi Yusya’ bin Nun, beliau pun mempersiapkan pasukan untuk menembus kota Ariha perbatasan wilayah Palestina. Jika beliau dan pasukan mampu menaklukkan kota Ariha maka niscaya Bani Israil pun dapat memasuki Palestina sebagai Tanah yang dijanjikan. Berperanglah nabi Yusya’ bin Nun dan pasukannya dengan kaum di sana yang notabene nya bertubuh kuat. Atas izin Allah, setelah mengepung kota Ariha selama 6 bulan maka akhirnya mereka dapat mengalahkan kaum tersebut lalu mereka dapat menemukan jalan ke Baitul Maqdis, Palestina. Rupanya di sana ada istana yang dikelilingi benteng-benteng kokoh. Maka dari itu Nabi Yusya’ memimpin perang dengan penguasa di sana. Terjadilah pertempuran sengit dimana pada waktu itu tepat di hari Jumat. Dikarenakan pertempuran itu belum juga dimenangkan maka Nabi Yusya’ khawatir hari akan malam dan saat itu Bani Israil dilarang berperang di malam dan hari Sabtu. Hal ini akan melemahkan semangat pasukannya, maka beliau berdoa kepada Allah agar menahan matahari agar tidak tenggelam sebelum peperangan dimenangkan olehnya.Tibalah atas izin Allah, Nabi Yusya’ dan pasukannya berhasil memenangkan pertempuran tersebut dan memasuki Baitul Maqdis. Selama masa kepemimpinannya, Nabi Yusya’ terus menyeru kaumnya untuk taat kepada Allah dan menjalankan syariat-Nya. Sayangnya banyak dari kalangan Bani Israil yang melanggar hukum Allah.
Berlalunya waktu Allah Subhanahu wa ta’ala mengangkat Nabi Syam’un untuk Bani Israil di Palestina. Namun tidak seorangpun Bani Israil yang mengikuti dakwahnya.
Nabi Daud AS merupakan keturunan Bani Israil yang menjadi raja di Palestina karena kemenangan beliau setelah mengalahkan Jalut di Medan perang. Beliau berdakwah kepada kaumnya dan diberikan kitab Zabur oleh Allah yang berisi syariat baru. Setelah wafat, Nabi Daud AS mewariskan kerajaannya kepada putranya yakni Nabi Sulaiman AS. Beliau meminta kepada Allah untuk menjadi raja terbesar kekuasaannya sepanjang masa untuk dapat meninggikan Keesaan Allah. Disamping itu ada juga Nabi Ilyas yang berdakwah di daerah Syam bagian lain lalu dilanjutkan oleh Nabi Ilyasa.
Nabi Zakaria AS merupakan salah satu keturunan Nabi Daud AS juga ditunjuk untuk berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Setelah itu putranya yakni Nabi Yahya AS menggantikan beliau berdakwah Palestina. Sepupunya yang terkenal akan mukjizat lahir tanpa ayah, Isa bin Maryam pun menjadi seorang Nabi yang dikaruniai kitab Injil pertanda adanya syariat baru untuk Bani Israil. Namun kebanyakan Bani Israil enggan mengakui dan diakhir kisah Nabi Isa AS hendak dibunuh oleh pasukan Romawi yang bersekongkol dengan Bani Israil yang membencinya. Kemudian Allah mengangkat Nabi Isa AS ke langit. Sedangkan seseorang dari Bani Israil diserupakan dengannya sehingga mereka menyangka Nabi Isa AS sudah mati dan disalib.
Begitulah kisah Para Nabi di Palestina. Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) adalah salah satu tempat suci yang memiliki sejarah panjang. Pada masa Nabi Adam AS dibangun hanya selang 40 tahun dari pembangunan Ka’bah di Mekkah. Sayangnya ketika banjir bandang masa Nabi Nuh AS, Baitul Maqdis hancur dan tinggallah pondasinya. Kemudian Nabi Ibrahim AS yang membangun kembali rumah ibadah diatas pondasi Baitul Maqdis tersebut. Baitul Maqdis berasal dari bahasa Arab yang berarti “Rumah Kesucian”. Nabi Daud AS juga membangun rumah ibadah dan oleh putranya yaitu nabi Sulaiman AS yang dikenal dunia sebagai Haikal Sulaiman.
Setelah kerajaan Raja-raja Bani Israil wafat, mereka terpecah pada abad ke-10 SM, wilayah utara menjadi Kerajaan Israel (yang terdiri dari sepuluh suku), sementara wilayah selatan menjadi Kerajaan Yudea (yang terdiri dari dua suku, yaitu Yehuda dan Benjamin). Meskipun kerajaan Israel utara dihancurkan oleh Asyur pada 722 SM, nama “Israel” tetap menjadi simbol identitas bagi bangsa Yahudi (dari suku Yehuda).
Pada tahun 586 SM, Raja Nebukadnezar dari Babilonia menghancurkan Haikal Sulaiman dan membawa sebagian besar penduduk Bani Israil sebagai tawanan. Ketika Kekaisaran Persia menaklukkan Babilonia, mereka mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun kembali tempat ibadah mereka sekitar tahun 516 SM. Pada tahun 70 M, Romawi menghancurkan kembali Haikal Sulaiman setelah pemberontakan Yahudi. Yerusalem kemudian berada di bawah kekuasaan Romawi hingga munculnya Islam.
Setelah Islam menyebar, Khalifah Umar bin Khattab berhasil membebaskan Yerusalem dari Kekaisaran Bizantium. Umar menunjukkan sikap toleransi dan membersihkan Masjidil Aqsha yang saat itu tidak terawat dan membangun tempat ibadah sederhana di sana. Pada masa Kekhalifahan Umayyah (sekitar tahun 691 M), Khalifah Abdul Malik bin Marwan membangun Kubah Batu (Qubbat As-Sakhrah) di atas batu tempat Nabi Muhammad ﷺ diyakini berpijak sebelum Mi’raj. Kubah ini menjadi ikon penting Yerusalem hingga kini. Pada tahun 1099 M, Yerusalem dikuasai oleh Tentara Salib, dan Masjidil Aqsha dijadikan gereja. Pada tahun 1187 M, Sultan Salahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut kembali Yerusalem dan memulihkan fungsi Masjidil Aqsha sebagai tempat ibadah umat Islam.
Pada masa Kesultanan Utsmaniyah (1517–1917), Baitul Maqdis mendapatkan perhatian besar. Banyak renovasi dilakukan untuk menjaga keindahan dan kekokohan Masjidil Aqsha
Setelah berabad-abad dalam pengasingan, nama “Israel” dihidupkan kembali pada abad ke-20 dengan berdirinya negara modern Israel pada 14 Mei 1948. Negara Israel didirikan sebagai rumah bagi bangsa Yahudi, dan nama tersebut dipilih untuk menggambarkan akar sejarah dan agama mereka yang mendalam.
Setelah kejatuhan Kekhalifahan Utsmaniyah, Yerusalem berada di bawah mandat Inggris (1920–1948), kemudian terjadi konflik antara Palestina dan Israel.
Masjidil Aqsha kini berada di bawah pengelolaan Wakaf Islam Yordania, tetapi aksesnya sering menjadi sengketa politik antara umat Islam dan Israel.
Kembali kepada titik penting peristiwa isra’, Nabi Muhammad ﷺ sampai di Masjidil Aqsha lalu shalat dua rakaat. Setelah itu terjadilah peristiwa mi’raj yakni beliau naik ke langit dengan menginjak batu shakhrah sebelum beranjak dari bumi menuju langit.
Dilangit pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam AS. Beliau memberi salam kepada Nabi Muhammad ﷺ dan mengakui beliau sebagai nabi terakhir.
Dilangit kedua beliau bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Keduanya menyambut Nabi Muhammad ﷺ dengan salam dan mengakui kenabiannya. Mereka juga mendoakan keberkahan bagi Nabi Muhammad ﷺ .
Dilangit ketiga beliau bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf menyambut Nabi Muhammad ﷺ dengan penuh kehangatan dan mengakui kedudukannya sebagai nabi yang mulia.
Dilangit keempat beliau bertemu dengan Nabi Idris AS. Di langit keempat, Nabi Muhammad ﷺ bertemu dengan Nabi Idris AS, yang dikenal sebagai nabi yang sangat tekun beribadah dan diangkat ke tempat yang tinggi oleh Allah. Nabi Idris AS menyampaikan salam dan mengakui keutamaan Nabi Muhammad ﷺ .
Dilangit kelima beliau bertemu dengan Nabi Harun AS. Nabi Muhammad ﷺ bertemu dengan Nabi Harun AS, saudara Nabi Musa AS, yang dikenal sebagai nabi yang dicintai oleh kaumnya. Nabi Harun menyambut Nabi Muhammad ﷺ dengan salam dan mendoakan keberkahan baginya.
Dilangit keenam beliau bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa menyambut Nabi Muhammad ﷺdan menangis setelah bertemu dengannya. Ketika ditanya alasannya, Nabi Musa menjawab bahwa ia menangis karena jumlah pengikut Nabi Muhammad ﷺ yang akan masuk surga jauh lebih banyak dibandingkan pengikutnya.
Dilangit ketujuh beliau bertemu dengan Ibrahim AS. Beliau sedang bersandar di Baitul Makmur. Itu merupakan tempat tawaf para malaikat yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat. Nabi Ibrahim AS menyambut Nabi Muhammad ﷺ dengan penuh kasih sayang.
Setelah melewati tujuh lapisan langit, Nabi Muhammad ﷺ sampai di Sidratul Muntaha, sebuah tempat di atas langit ketujuh yang menjadi batas akhir makhluk mendekat kepada Allah yang ada di atas Arsy. Di sini, Nabi Muhammad ﷺ menerima perintah shalat langsung dari Allah.
Ketika berada di Sidratul Muntaha, Allah berbicara kepada Nabi Muhammad ﷺ tanpa perantara. Kemudian Allah menyuruhnya untuk mengerjakan shalat. Lalu beliaupun shalat.
Pada awalnya, Allah memberikan perintah wajibnya melaksanakan shalat 50 waktu dalam sehari semalam. Lalu Rasulullah ﷺ turun dari Sidratul Muntaha dan bertemu Nabi Musa AS di langit keenam.
Kemudian Nabi Musa AS bertanya kepada Rasulullah ﷺ “Apa yang dikatakan oleh Allah nuntukmu?” Lalu beliau menjawab “Shalat 50 waktu dalam sehari semalam.”
Kemudian Nabi Musa AS menjawab “Kembalilah dan minta keringanan kepada tuhanmu, karena sungguh umatmu lemah dan tidak akan sanggup melakukannya.”
Allah kembali mengurangi waktu shalat, namun jumlahnya masih terbilang banyak. Akhirnya Rasulullah ﷺ terus meminta keringanan sampai sembilan kali, dari yang awalnya 50 waktu lalu menjadi 5 waktu dalam sehari semalam.
Seperti itulah deskripsi peristiwa isra’ perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha Palestina yang notabene nya adalah negeri para Nabi yang mengandung banyak kisah perjuangan berliku-liku hamba-Nya dalam mengeesakan Allah dan menjalankan syariat-Nya.
Disinilah letak pelajaran penting bahwa dengan perjalanan ini Allah seakan memberikan hikmah untuk menghibur Nabi Muhammad ﷺ yang mana saat itu sedang dilanda kesedihan mendalam karena ditinggal oleh orang-orang terkasihnya, Paman beliau Abu Thalib dan istri tercinta beliau Khadijah. Belum lagi sedihnya diperlakukan sangat tidak pantas oleh kaumnya sendiri.
Ternyata Masjidil Aqsha pun banyak memendam kisah haru biru perjuangan para nabi sebagaimana yang dirasakan Nabi Muhammad ﷺ.
Begitu pula dengan perintah shalat, yang dengan itu Allah mengistirahatkan hambanya agar bisa fokus sejenak kepada negeri akhirat dan melupakan kelelahan di dunia yang hanya sementara ini. Karena kebahagiaan yang hakiki hanya ada di surga.
جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
"Dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat." (HR. An-Nasa'i, Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian dalam shalat. Shalat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghilangkan kegelisahan, serta menenangkan hati dan jiwa.
Comments
Post a Comment