Resensi
Judul buku :
Kepada YTH Presiden RI
Penulis :
Pipiet Senja
Penerbit :
Jendela
Tebal :
192 halaman
Tahunterbit :
Pertama, 2010
Penulis benar-benar akan menularkan virus menulisnya, bukan hanya kepada para TKW
di Hong Kong, sesuai dengan tujuannya ke negeri beton tersebut. Akan tetapi ia mampu
menularkan virus menulisnya kepada para pembaca buku ini. Isi buku ini merupakan
hasil muhibahnya, catatan perjalanannya bersama rombongan Dompet Dhuafa di Hong
Kong. Buku ini dapat disebut juga sebagai lakon yang sarat dengan inspirasi penulis
dan sangat khas seorang Pipiet Senja.
Sebulan penuh bersebelahan dengan shelter Iqro (rumah penampungan
TKW yang sedang bermasalah), merupakan pengalaman yang sangat berkesan,
menakjubkan dan segelintir kisahnya mampu penulis tuangkan dalam buku ini. Kita
akan temui cerita-cerita kocak yang membuat kita spontan geli lantas ketawa atau
yang perlahan membuat kita haru, sendu, sedih, kesal, kecewa dan marah.
Penulis menceritakan dengan ekspresif tentang khidupan para
TKW di Hong Kong-Macau, negeri yang katanya merupakan impian para Buruh Migran Indonesia(perantau).
Sejarah tentang Hong Kong sebagai Negara yang berkembang sangat pesat sedikitnya akan menambah
wawasan mancanegara pembaca.
Sangat miris ketika penulis menuangkan curhatan para perantau,
mulai dari yang rambutnya di jambak majikan hingga rontok, di paksa melayani kakek
majikannya yang hobi naked, nyaris diperkosa, di tiduri setelah diberi minum obat
bius, dan lainnya.
Hong Kong negeri yang serba ada, mulai dari batu giok, otak monyet
sampai sup bayi manusia. Nauzubillahimindzalik.
Cerita TKW di negeri beton ini benar-benar membuat kita bertanya, dimanakah para
pemerintahan dan para pembesar Indonesia saat pahlawan-pahlawan devisanya menderita
sperti mengalami underpay, disiksa tanpa ampun oleh majikannya, dilecehkan secara
moril dan seksual dan lainnya?
Seakan penulis hendak langsung menceritakan perjalanannya yang penuh dengan pergolakan batin tersebut kepada
presiden dan menginginkan ada perhatian yang serius terhadap para perantau kita
di negeri orang.
Dari buku ini pula kita akan mengetahui bagaimana para TKW
yang sedang tertimpa masalah lebih mempercayakan kasusnya kepada LSM-seperti Dompet
Dhuafa Hong Kong ini-dibandingkan ke KJRI. Ada contoh kasus yang di alami
Tia(24 tahun), ia diperlakukan tidak lebih seperti budak belian oleh majikannya,
kontraknya tidak jelas, majikan tidak tetap dan ia harus berpindah-pindah sampai
ke China, surat kontraknya entah dimana, ia dipermainkan oleh agen yang mendatangkannya.
Ia harus mengalami prosedur yang berbelit-belit dan bolak-balik antara pihak imigrasi,
KJRI, agen-agen nakal (tepatnya biadab!) dan akhirnya terdampar di shelter Iqro
kelolaan dompet Dhuafa Hong Kong. Para relawan inilah yang membantu Tia dan menguruskan
tiket pulang untuknya.(nia)
Comments
Post a Comment