Kali ini saya mau sharing tentang salah satu perangkat yang sudah ada pada aplikasi setting/pengaturan di telepon pintar a.k.a smartphone. Kemungkinan di semua smartphone ada perangkat ini, namanya digital wellbeing atau kesejahteraan digital.
Mengapa saya tertarik untuk membahas digital wellbeing? Karena manfaatnya sangat bagus untuk saya. Semoga juga untuk kita semua. Walaupun terkesan kok baru ngeh, tidak masalah. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dalam mengelola waktu. Tepatnya waktu bermain smartphone.
Singkatnya, digital wellbeing ini mengatur kembali pola screentime bagi saya khususnya setelah menjadi ibu. Semenjak non aktif dipekerjaan, otomatis waktu saya jadi 'kelihatannya' banyak. Padahal waktu kita sama saja, 24 jam sehari. Namun justru dengan pemikiran stay at home mom, yang terpikir banyak waktu 'santuy' nya—kalau kata anak jaman now.
Dengan kata lain saya merasa kerja domestik di rumah itu bebas dari tekanan alias selalu lihat kondisi saja. Terkadang jadwalnya tidak konsisten. Hanya berpatok pada prioritas. Jika ada waktu senggang saya selalu berusaha untuk membaca buku. Kadang juga buka smartphone lalu mencari bahan untuk tambah wawasan. Tapi tak dinyana malah ujung-ujungnya jadi buka sosial media alias sosmed. Bagi saya hal tersebut mubazir waktu.
Namun belakangan ini tindakan tersebut dapat saya atasi dengan digital wellbeing. Pada perangkat ini, kita bisa mengetahui berapa banyak waktu yang terpakai untuk membuka semua aplikasi sosmed. Yakni maksudnya waktu screentime kita sudah direkap sama si digital wellbeing. Misalnya berapa kali buka smartphone (screentime), berapa lama buka sosmed, scrolling instagram, cek notif, chat whatsapp, nonton youtube, dll.
Maka dari itu banyak baiknya jika kita mengetahui pemakaian waktu screentime tersebut dan mengaturnya demikian rupa agar waktu kita dapat teralokasi dengan optimal.
Berikut saya bagikan tips agar digital wellbeing dapat berfungsi maksimal:
1. Tentukan batas waktu untuk semua aplikasi yang sering kita buka, misalnya instagram hanya boleh buka 1 jam, youtube hanya boleh buka 1 jam, whatsapp hanya boleh buka 1 jam, dll. Nanti secara otomatis setelah kita buka instagram selama 1 jam, dia akan tertutup sendiri dan baru bisa dibuka keesokan hari. Begitu juga saat diterapkan pada aplikasi lainnya.
2. Nyalakan wind down (meredup), atur jadwal saat tidur atau quality time. Jika kita atur jadwal grayscale (abu-abu) maka latar, gambar dan tulisan, pokoknya layar akan akan meredup berwarna hitam putih abu-abu secara otomatis. Warna redup seperti ini dijamin berhasil membuat kita ogah buka telepon pintar barang sejenak. Misalnya pukul 21.00 WIB kita merasa sudah tidak perlu buka smartphone lagi. Jadi atur wind down pukul 21.00 sampai pagi pukul 04.00 WIB. Maka pukul 04.00 WIB barulah kita bisa buka smartphone dengan nyaman seperti biasanya. Bisa juga jika kita ingin quality time dengan keluarga, tinggal terapkan pola seperti itu pada perangkat digital wellbeing.
3. Usahakan istiqomah (tetap) dalam menerapkan batas waktu screentime, aplikasi timer dan wind down tersebut. Karena walaupun batas waktu pemakaian berakhir tetap ada pilihan reset/atur ulang jadwal atau timer yang membuat kita tergoda. Hal tersebut dapat menggagalkan fungsi digital wellbeing ini. Hindarilah untuk reset/atur ulang waktu apapun yang terjadi. Kita akan lebih fokus menggunakan smartphone untuk waktu yang penting dan genting saja.
4. Ingat selalu bahwa smartphone diciptakan untuk orang yang smart, jadi jika kita ingin smart maka kitalah yang harus mengatur jadwal/waktunya bukan kita yang malah yang terbawa arus dan mubazirlah waktu kita.
Semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment