Hati ini tergerak untuk menulis, berharap bisa berbagi dan bisa diambil hikmahnya. Baik untuk kita yang muslim sejak lahir dan para muallaf.
Dimulai dari pernyataan bahwa pastinya seseorang pernah merasakan sedih, kecewa atau hal yang tidak menyenangkan lainnya. Itu semua karena di dunia ini memang segala hal pasti diikuti oleh ketidaksempurnaan. Dimana suatu waktu kita bahagia dan senang gembira tapi dibaliknya mesti ada pula kesulitan lain atau perjuangan keras beserta lika likunya.
Namun bagi muslim, mereka sudah tau bahwa tiada yang abadi di dunia ini. Kebahagiaan seperti fatamorgana dan kesedihan juga akan sirna. Nanti ia akan mati dan di akhirat sanalah tempat sesungguhnya ia akan hidup selamanya. Petunjuk inilah yang kerap terlupa dan dihiraukan. Faktor penyebabnya adalah nafsu jiwa dan was was dari syaithon.
Manusia luput dari mengingat hal tersebut. Makanya ketika sedih, kecewa, marah atau sedang merasakan ketidakpuasan hidup ia menjadi terlalu berlebihan.
Padahal banyak orang yang lebih sedih, lebih menderita dan lebih susah hidupnya dibandingkan dengannya.
Ada cerita nyata dari seseorang, ia merasa sedang butuh pelajaran hidup. Suatu hari ia pergi ke sebuah pengajian dan bertemu dengan beberapa muallaf.
Ia menemukan beberapa dari muallaf disitu memiliki masalah lebih rumit dari masalah hidupnya.
Sebut saja namanya sandra (bukan nama sebenarnya). Ia adalah salah seorang muallaf yang sebelumnya beragama Hindu. Karena ingin menikah dengan seorang lelaki Islam ia lantas berpindah agama. Tanpa berbekal agama Islam yang baik, ia dinikahi siri oleh si lelaki tadi. Sebelumnya ia sudah tahu bahwa lelaki itu merupakan suami dari wanita lain. Alias ia menjadi istri kedua atau madu dari pasangan resmi suaminya.
Hari berganti ternyata pernikahan tidaklah jaminan kebahagiaan baginya. Si lelaki rupanya bukan pria baik baik. Ia sering main tangan dengan Sandra bahkan bisa dibilang sampai menganiaya. Namun nasi sudah menjadi bubur, suatu ketika Sandra hamil dan melahirkan anak mereka.
Hari tersebut bukannya mengobati luka Sandra melainkan suatu ujian baru baginya. Qadarullah. Sang buah hati memiliki kelainan pada kepala, kata dokternya hidrosepalus. Dimana cirinya dapat terlihat dari kepala yang membesar dan juga kekurangan lainnya. Subhanallah.
Suami sandra bukannya tobat dan memperbaiki perilakunya, malah dia sangat marah dengan hal tersebut. Ia kian sering mengatai sandra sebagai perempuan tidak benar dan kalimat lain senada merendahkannya. Belum lagi tanggung jawabnya sebagai bapak dan suami kerap lalai. Sandra bahkan menafkahi diri dan anaknya dengan bekerja pada orang lain sebagai buruh cuci.
Hati sandra terus terluka sampai sampai ia kabur ke rumah muallaf (Yayasan Pembinaan Muallaf Riau) agar suaminya tidak mengejarnya lagi. Ia sudah bulat tekad untuk berpisah. Namun karena pernikahan siri, sandra tidak bisa menuntut haknya sebagai istri ke pengadilan.
Suatu saat suaminya mendatangi Sandra di rumah muallaf tersebut. Pihak pembina muallaf heran mengapa suaminya sebegitu mencari-cari sandra. Rupanya karena sandra muallaf, jadi ia sering dapat uang zakat dan karena anaknya menderita sakit tadi mereka sering dapat bantuan baik dari para dermawan ataupun yayasan dan sebagainya. Tapi malangnya uang yang terkumpul selalu habis dipakai suami sandra.
Penderitaan sandra terakhir kali yakni ia habis digebuki suaminya karena tindakannya kabur dan bersembunyi di rumah muallaf. Pihak pembina muallaf sudah melaporkan ke polisi dan suaminya sudah ditangkap. Namun, entah bagaimana kabar selanjutnya apakah ia serahkan suaminya ke polisi ataukah dilepaskan dengan perundingan damai.
Penulis hanya bisa mendoakan semoga Sandra diberikan kemudahan dalam menjalani ujian hidupnya karena lagi lagi masih banyak yang lebih susah darinya dan semoga Allah kuatkan iman Islam serta semoga Allah berikan nikmat hidayah untuk menjalankan sunnah dalam hidupnya. Tak lupa pula semoga anandanya bisa segera sehat wal afiyat dan menjadi anak sholeh yang mendokan orang tuanya.
Semoga penulis dan pembaca bisa belajar selalu mensyukuri dan bersabar atas apa yang Allah takdirkan.
Apa saja yang Allah timpakan pada kita pasti ada alasannya. Baik untuk mengingatkan, menghapus dosa atau mungkin meningkatkan derajat di surga.
Allahu a'lam bish-shawwab.
Dimulai dari pernyataan bahwa pastinya seseorang pernah merasakan sedih, kecewa atau hal yang tidak menyenangkan lainnya. Itu semua karena di dunia ini memang segala hal pasti diikuti oleh ketidaksempurnaan. Dimana suatu waktu kita bahagia dan senang gembira tapi dibaliknya mesti ada pula kesulitan lain atau perjuangan keras beserta lika likunya.
Namun bagi muslim, mereka sudah tau bahwa tiada yang abadi di dunia ini. Kebahagiaan seperti fatamorgana dan kesedihan juga akan sirna. Nanti ia akan mati dan di akhirat sanalah tempat sesungguhnya ia akan hidup selamanya. Petunjuk inilah yang kerap terlupa dan dihiraukan. Faktor penyebabnya adalah nafsu jiwa dan was was dari syaithon.
Manusia luput dari mengingat hal tersebut. Makanya ketika sedih, kecewa, marah atau sedang merasakan ketidakpuasan hidup ia menjadi terlalu berlebihan.
Padahal banyak orang yang lebih sedih, lebih menderita dan lebih susah hidupnya dibandingkan dengannya.
Ada cerita nyata dari seseorang, ia merasa sedang butuh pelajaran hidup. Suatu hari ia pergi ke sebuah pengajian dan bertemu dengan beberapa muallaf.
Ia menemukan beberapa dari muallaf disitu memiliki masalah lebih rumit dari masalah hidupnya.
Sebut saja namanya sandra (bukan nama sebenarnya). Ia adalah salah seorang muallaf yang sebelumnya beragama Hindu. Karena ingin menikah dengan seorang lelaki Islam ia lantas berpindah agama. Tanpa berbekal agama Islam yang baik, ia dinikahi siri oleh si lelaki tadi. Sebelumnya ia sudah tahu bahwa lelaki itu merupakan suami dari wanita lain. Alias ia menjadi istri kedua atau madu dari pasangan resmi suaminya.
Hari berganti ternyata pernikahan tidaklah jaminan kebahagiaan baginya. Si lelaki rupanya bukan pria baik baik. Ia sering main tangan dengan Sandra bahkan bisa dibilang sampai menganiaya. Namun nasi sudah menjadi bubur, suatu ketika Sandra hamil dan melahirkan anak mereka.
Hari tersebut bukannya mengobati luka Sandra melainkan suatu ujian baru baginya. Qadarullah. Sang buah hati memiliki kelainan pada kepala, kata dokternya hidrosepalus. Dimana cirinya dapat terlihat dari kepala yang membesar dan juga kekurangan lainnya. Subhanallah.
Suami sandra bukannya tobat dan memperbaiki perilakunya, malah dia sangat marah dengan hal tersebut. Ia kian sering mengatai sandra sebagai perempuan tidak benar dan kalimat lain senada merendahkannya. Belum lagi tanggung jawabnya sebagai bapak dan suami kerap lalai. Sandra bahkan menafkahi diri dan anaknya dengan bekerja pada orang lain sebagai buruh cuci.
Hati sandra terus terluka sampai sampai ia kabur ke rumah muallaf (Yayasan Pembinaan Muallaf Riau) agar suaminya tidak mengejarnya lagi. Ia sudah bulat tekad untuk berpisah. Namun karena pernikahan siri, sandra tidak bisa menuntut haknya sebagai istri ke pengadilan.
Suatu saat suaminya mendatangi Sandra di rumah muallaf tersebut. Pihak pembina muallaf heran mengapa suaminya sebegitu mencari-cari sandra. Rupanya karena sandra muallaf, jadi ia sering dapat uang zakat dan karena anaknya menderita sakit tadi mereka sering dapat bantuan baik dari para dermawan ataupun yayasan dan sebagainya. Tapi malangnya uang yang terkumpul selalu habis dipakai suami sandra.
Penderitaan sandra terakhir kali yakni ia habis digebuki suaminya karena tindakannya kabur dan bersembunyi di rumah muallaf. Pihak pembina muallaf sudah melaporkan ke polisi dan suaminya sudah ditangkap. Namun, entah bagaimana kabar selanjutnya apakah ia serahkan suaminya ke polisi ataukah dilepaskan dengan perundingan damai.
Penulis hanya bisa mendoakan semoga Sandra diberikan kemudahan dalam menjalani ujian hidupnya karena lagi lagi masih banyak yang lebih susah darinya dan semoga Allah kuatkan iman Islam serta semoga Allah berikan nikmat hidayah untuk menjalankan sunnah dalam hidupnya. Tak lupa pula semoga anandanya bisa segera sehat wal afiyat dan menjadi anak sholeh yang mendokan orang tuanya.
Semoga penulis dan pembaca bisa belajar selalu mensyukuri dan bersabar atas apa yang Allah takdirkan.
Apa saja yang Allah timpakan pada kita pasti ada alasannya. Baik untuk mengingatkan, menghapus dosa atau mungkin meningkatkan derajat di surga.
Allahu a'lam bish-shawwab.
Comments
Post a Comment