Alhamdulillah selesai sudah amanah mengasihi ananda selama 2 tahun.
Begitu banyak suka duka selama mengasihi ananda. Rasanya baru kemarin hari pertama ananda menyusui secara langsung pasca lahir.
Sedih, haru dan bahagia menjadi ibu yang dapat mengasihi apalagi dengan direct breastfeeding. Kapan ananda butuh asi kita selalu ada di sampingnya. Dahulu saat masih bayi kecil sekali saat ananda merasa lapar, haus, panas, dingin, sakit, kesepian, bingung, sedih, dia langsung minta menyusu.
Namun kini tibalah waktu ananda harus berpisah dengan asi ibu.
Walaupun dibelakang itu sebenarnya ada kepuasan dan kesenangan lain juga yakni bisa bebas tidur tanpa harus terbangun untuk menyusui si kecil ya.
Saya ingin berbagi pengalaman menyapih ananda pas usianya 2 tahun.
Caranya yang pertama adalah waktu sebulan sebelum usianya 2 tahun kita (buya dan muya) rajin sounding ke si kecil bahwa nanti pas usia 2 tahun dia tidak boleh dan tidak perlu menyusu lagi sama muya. Kita jelaskan bahwa ketika usia sudah 2 tahun ananda sudah besar dan asi itu untuk adek bayi yang masih kecil. Kami berikan contoh adek kecil itu yang seumuran tetangga (yang dia kenal) usia 4-5 bulan. Ananda setelah usia 2 tahun masih bisa disayang, dicium, dipeluk dan diusap kalau mau tidur dan kapanpun sebagai pengganti menyusu. Sounding ini penting untuk menguatkan hati kita dan ananda. Agar tujuan kita tidak mudah goyah oleh apapun drama ke depannya.
Kedua, hal penting agar tidak ada nyeri atau bengkak berlebihan pada payudara ibu yakni atur pola menyusui. Kurangi waktunya sekali menyusu dan intensitasnya berapa kali dalam sehari. Pengalaman saya, mulai sebulan sebelum ananda 2 tahun itu, intensitas ananda hanya menyusu kira-kira maksimal 3 kali sehari sampai puas atau kita merasa kosong. Beberapa pekan dikurang lagi jadi 2 kali sehari setiap mau tidur siang dan tidur malam saja. Dramanya kita atasi dengan ajak makan atau minum susu dari gelas/kotak jika ananda mau menyusu. Kadang bisa juga diajak pergi/main sampai dia lupa minta menyusu lagi. Pekan kemudian kurangi kalau bisa tidur siang tidak menyusu. Kita alihkan dia agar beraktivitas sampai capek dan tidur sendiri. Kadang jika sudah ada tanda tanda lelah dan mengantuk pada ananda, kita harus peka. Bawa dia ke kasur atau kasih alas, elus-elus kepala atau usap punggungnya. Bisa juga coba "shshshshshsh" seperti dia bayi dulu. Kadang pengalaman saya juga ananda bisa tertidur saat mendengarkan talqin surah2 Alquran dari saya. Tinggal beberapa hari lagi sebelum hari H, kurangi waktu menyusu di malam hari sebelum tidurnya. Misalnya malam hari ini hanya boleh 5 menit. Kemudian, kurangi lagi di hari berikutnya menjadi 3 menit.
Ketiga, yang terakhir pas hari H nya langsung kita stop no basa basi. Harus tegas tapi tetap dengan kasih sayang alias kita dan pasangan harus saling membantu/kerjasama mengasuh ananda yang sedang "merasa kehilangan asi" tadi. Pastinya ananda akan menuntut dan melakukan banyak drama. Mulai dari nangis "nge-nge" kalau bahasa daerahnya, sampai mungkin nangis kejer atau teriak teriak dan menarik baju kita. Tapi syukur alhamdulillah ananda tidak sampai begitu. Kalau dia sampai berlinangan air mata kami hapus dan tetap dekati dia. Bisa kita mulai dengan obrolan dan sentuhan lembut orang tua. Dekapan dan sebagainya. Tidak perlu dibujuk tapi kuatkan dan pujilah ananda atas keberhasilannya. Sekitar 2 hari berurut ananda menangis terus (setelah ikhtiar step 2 diatas) lalu kami biarkan sampai dia lelah dan mengantuk. Alhasil ananda tertidur sendiri di tempat tidur.
Besar harapan saya agar para ibu diberikan kemudahan dalam mengasihi ananda serta dapat menyapihnya juga dengan senang tanpa rasa sakit dan bengkak berlebihan.
Terakhir, semoga juga kisah pengalaman saya ini berfaedah ya!
Aamiin 💕
Comments
Post a Comment