There's a time you will confused with this coice. Awal pernikahan mgkn kita bakal blg semua akan berjalan begitu saja. Tidak, itu adalah suatu rencana terburuk dlm pikiran orang yg futuristik. Segala sesuatu butuh perencanaan matang, termasuk pilihan istri untuk lebih mementingkan karir (termasuk pendidikan) atau keluarganya. Kadang pendidikan menuntut kita utk berkarir sesuai dg perkembangan zaman. Kadang karir menuntut kita mengutamakan profesionalitas. Dimana keluarga bisa kita jadikan, spare time. (Kadang classy banget blg kerjaannya sbnrnya fultime mom tp syg cuman tagline, walhasil anak2 ujung2 yg ngurus pengasuh).
Mari lebih bijak, sy sudah berpikir ttg hal ini selama bbrp tahun. Sy kira dlu sebelum menikah mgkn kita bisa atur jadwal dan prioritas win-win solution. At least, rupanya seimbang antara karir dan keluarga itu hanyalah omong kosong. Padahal, kesempurnaan wanita itu memang menjadi istri dan ibu seutuhnya. Gimana bisa dia jd istri sementara yg ngurus suaminya org lain(asisten rumah tangga,mungkin) dan yg sbnrnya ibu (ngasuh anak) adalah orang tua atau babysitter. What a shame!
Look, istri yg memilih lebih mementingkan karir (maaf ya bahasanya straight to the point bngt) yang jelas waktunya sangat terbatas untuk keluarga, akan kehilangan momen dan kebersamaan dg keluarga (termasuk misalnya dia punya usaha online sekalipun). Dan hal itu (menyita waktu utk keluarga)yg tidak akan pernah terulang lagi.
Contohnya: jika setelah melahirkan, ibu harus kembali bekerja, anak tentu harus dititipin sm ortu atau pengasuh. Waktu bertemu anak sngt sebentar (klo libur atau sepulang kerja). Jangan blg bisa quality time saat bertemu drmh (haloo, emg plg kerja ga cape) dan pergi diakhir pekan (yakin?)
. Jangan blg bs mantau anak via cctv atau direct skype deh, emangnya perkembangan anak segitu sedikitnya. Ga mgkn bngt ortu bisa lihat monitor atau layar hp lama lama apalagi kerja yang notabenenya butuh fokus dan strong push dr atasannya. Misal paling kecil ortu usaha online aja, berapa banyak waktu doi lihat layar hp keimbang lihat anaknya, blm lagi checking, packaging, dsb. Kecuali doi tinggal merintah orang aja. (Siapa jg org bersoftskill yg mau diperintah2 tanpa management dan bayaran yg bagus bngt). Sampai hari ini dilema kyk gini emg ga bakal selesai. (Titik).
Sedangkan, jika ibu setelah melahirkan memang dirumah, ga ada tekanan apa apa dr kantor atau tempat kerja. Bebas lepas ngurus anak dan keluarganya. Perhatian, fokus dan waktunya tercurah sepenuhnya. (Harusnya kaann).
Itu baru secuil contoh ya. Masih banyak pertimbangan lainnya yg kudu dipikirin, tetap memilih karir atau keluarga.
InsyaAllah ntar lanjut lg ya..
Semoga bermanfaat dear!
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
ReplyDeleteKak nia..
Ini kus..
Apa kabar kak..?
Gak nyangka baca blog kakak.. Hehe
wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh, iya deekk kuss, afwan yakk baru smpt d reply krn baru bisa ol via kompi:D
DeleteAlhamdulillah kk baik dekk, semoga adek sehat selalu yaaa
senengnyaa bisa ternyata adek baca blog kkak..hehhe..
mudah2an bermanfaat ya dek..salam semangat :))
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
ReplyDeleteKak nia
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
ReplyDeleteKak nia