Skip to main content

A Letter to My Future (3)



Aku masih belum bisa menyebutkan namamu di sini. Namun aku selalu menyebutmu dalam bait-bait doaku. Terdengar begitu klise. Tapi aku tetap saja tak bergeming tiap kali menghela embun dalam sajak istikharahku. Merangkai kata pinta dalam munajat kepada Sang Pemilik Segala ketika langit gelap tanpa bintang yang jaraknya ribuan tahun cahaya. Atau malah saat bulan berpendar dengan senyum bisunya di ufuk sana. Saat aku bertemu air dari langit. Aku tatap cucurannya yang membasahkanku. Satu dua tiga..berkali-kali.. aku juga basah. Maksudku, pelupuk itu sudah tidak sanggup lagi membendung. Ada juga saat dimana aku harus berjalan sendiri di tengah keramaian. Aku heran mengapa benakku akan bertanya-tanya. Adakah seseorang yang aku harap berjalan di sampingku, menggenggam erat dan menarik tanganku barangkali aku tersesat. Juga kerap jantungku tergelitik oleh sebuah rasa yang menjanjikan keakraban. Itu saat-saat aku hanyut di tengah samudera dan melihat sepertinya ada sebuah kapal yang hendak menepi. Aku ingin ke dermaga itu bersamanya.

Sama-sama dalam satu bumi Allah, sama-sama menyebutkan keinginan masa depan dan sama-sama menyadarinya. Yang beda adalah aku kaum Hawa sementara kamu adalah kaum Adam. Sejenak biar kugabungkan; K I T A. Kata ini merupakan hal manis yang aku dan kamu tunggu-tunggu, bukan? Aku dan kamu, ya kamu!

Baiklah, ini bukan untuk aku sendiri. Bukan juga untuk kamu sendiri. Kita adalah dua hakikat yang melebur membentuk makna tersendiri dan lebih luas artinya. Jika aku atau kamu hanyalah egoisme hasil bentukan masa lalu, K I T A adalah lunturan dari egoisme di masa lalu yang sekarang sedang osmosis. Belajar pelajaran, mengerti pengertian, bersiap mempersiapkan kualitas terbaik untuk masa depan. “Your past doesn’t decide your future, Allah does.” That’s trully right. Masa depan dalam arti kata sempit saat ini adalah dimana KITA disatukan Allah Ta’ala, Rabb Semesta Alam dengan suatu ikatan kuat hingga menggetarkan arsy-Nya; Mitsaqan Ghaliza. Genaplah separuh agama. Semua bernilai ibadah sekalipun kita hanya saling menatap. MasyaAllah..
Aku yang selama ini bersandar dengan kekuatan dari-Nya, lantas tersentak akan sesuatu. Kuat saja belum cukup untuk membangun apa-apa. Sampai detik ini, ya aku rasa aku masih bermimpi. Dalam lamunan panjang itu banyak sekali yang tergambar. Warna-warni suka cita, duka dan asa yang lebih dari sekedar bunga tidur. Ada kalanya aku ingin di bangunkan oleh seorang pangeran. Yang akan menyadarkanku bahwa hidup tak sekelat mimpi buruk namun lebih istimewa daripada sekedar mimpi indah. Bangunkan aku dan kita bangun mimpi-mimpi bersama. Gimana?

Kemarin aku masih bercerita tentang seharusnya begini begitu, aku kadang lupa solusi itu bukan atas kemauanku atau kemauanmu saja. Ya, semua mesti tentang KITA. Allah tidak membedakan makhluk-Nya melainkan berdasarkan ketaqwaan. Nah. Walaupun nanti nahkodanya adalah kamu, tapi bukankah kemana kita akan berlayar itu merupakan pilihan yang harus kita rembukkan?

Nanti kita memang bersatu tapi tetap ada masa dimana aku adalah hamba Allah yang harus patuh pada-Nya. Tugasku sebagai istrimu seiring dengan penghambaanku pada-Nya. Salah satu bentuk penghambaanku itu adalah tetap patuh padamu walaupun bilamana kamu tidak patuh pada Allah. Namun, jika hanya aku yang menghamba pada-Nya. Kita tak kan meraih surga bersama. Jadi, patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya apapun yang terjadi, aku akan semakin erat padamu dalam doa yang menguatkan. Dunia akan segera berakhir setelah beberapa masa perjalanan kita nanti. Berharaplah kepada Allah karena ada hari dimana tanpa naungan kita akan binasa. Namun ada naungan yang akan diberikan kepada dua orang yang saling mencintai karena Allah, dipersatukan karena-Nya dan dipisahkan oleh-Nya pula. Jadilah kita yang dinaungi itu. Agar tiada sesal di akhirat sana.

Nuraniku meminta izin untuk bertanya lagi, kapan kita akan bersua? Aku pernah menjawab dengan sombongnya, tahun depan, tahun ini, bulan depan, bulan ini, setelah ini, sehabis itu, lusa atau besok. Aku bertaubat dari kesombongan yang pada dasarnya aku tidak inginkan itu terjadi. Bahkan detik selanjutnya setelah menulis surat ini pun aku tak tahu apakah Allah masih berkenan memberikanku napas. Malaikat maut 70 kali mengintaiku setiap hari. Sedang aku begitu angkuh pada khayalanku. Pada nafsu yang mengatasnamakan cinta. Aku sungguh bertaubat dan tidak ingin mengulanginya lagi. Aku benar-benar tidak punya kapasitas untuk mengatakannya. Sampai saat itu terjadi. Saat kita sama-sama menarik oksigen dengan berat dan semua orang di ruangan itu bilang “saaahhh”, lalu kita hembuskan kanbondioksida dengan lega. Akhirnya, saat itulah aku baru bisa menulis namamu besar-besar memakai font terbesar yang ada. Atau jika kamu mau aku sebarkan di seantero jagad namamu dan kisah cinta kita.

Saat ini aku terharu, betapa Allah sangat menyayangiku. Dia beri aku kesempatan untuk meraih puncak hingar bingar dan sanjungan. Lalu bisa-bisanya aku terjatuh pada jurang nista kebodohan dalam waktu singkat. Kemudian aku menemukan sesuatu di bawah sana yang bernama pelajaran berharga. Itu hal yang sangat mendewasakanku. Walau kadang aku tersudut kembali menjadi anak kecil. Kemudian lupa ingatan. Pelajaran itu mau tidak mau telah membuatku berpikir. I am such a “really nothing”. So much things I need to learn. Ya, jika hal tersebut tidak ada mungkin aku tak kan pernah bertemu denganmu nanti. Segala sesuatu tentu telah dicipta Sang MahaAgung dengan profesionalitas tingkat tinggi tak terbantahkan. Nothing to lose. Tiada satu hal pun yang luput untuk disyukuri. That’s meaningful. Kini, yang bisa terucap hanyalah Alhamdulillah.

Dan, hidup ini adalah untuk bersabar. Allah telah bertanya pada kita, apakah kita akan masuk surga padahal belum jelas orang-orang yang berjihad dan orang-orang yang sabar itu? Semoga termasuklah kita kedalam golongan orang-orang yang berjihad (setidaknya) melawan hawa nafsu kita dan bersabar atas berbagai cobaan dan ujian. Tak selamanya cobaan/ujian itu berbentuk kepayahan. Sering malah cobaan itu berbentuk kesenangan. Jangan sampai kita tergelincir setelah Allah selamatkan. 

Dalam waktu-waktu mustajab ini, bulan Ramadhan 1437 H, mari kita sama-sama songsong keinginan itu dengan ikhtiar yang lebih besar dan doa yang lebih panjang x lebar serta sedetil-detilnya. Lebih dari itu kita munajatkan pada malam yang kita nantikan yakni Lailatul Qadar. Tidak ada yang tidak mungkin. Jika Allah menghendaki. “Kun!” Maka terjadilah… Terimakasih telah memperjuangkanku, niscaya aku akan selalu mempertahankanmu.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan panggilan Abu, Abi, Buya, dan Abati dalam Bahasa Arab

Bagi orang tua yang baru atau akan memiliki anak, tentu perlu memikirkan panggilan apa yang akan diajarkan kepada anaknya kelak. Panggilan dari anak kepada orang tua pastinya sangat bermakna. Namun di Indonesia panggilan anak kepada orang tua tidaklah rumit dan mempunyai makna umum. Panggilan dari anaknya berarti beliau tersebut merupakan bapak atau ibu dari anak ya ng memanggil. Contohnya: Bapak - Ibu, Ayah - Ibu, Ayah - Bunda, Papa - Mama, Papi - Mami, dll. Karena di Indonesia mayoritas muslim dan Bahasa Arab sangat populer, maka tidak jarang panggilan anak kepada orang tua dibiasakan menggunakan Bahasa Arab seperti Abi - Ummi. Namun banyak penggunaannya digeneralisir menjadi umum seperti layaknya Ayah - Ibu, padahal sejatinya panggilan tersebut adalah bahasa orang yang artinya akan berbeda jika tidak dilandasi ilmu. Berikut sy berupaya memberikan keterangan sekilas tentang perbedaan panggilan anak kepada orang tua dalam Bahasa Arab. Abu اب Untuk menunjukkan penghormatan kepada

Pengalaman Bekam Sembuhkan Sakit Kepala

Bekam atau hijamah merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Caranya yakni dengan menyayat atau menusukkan jarum ke kulit dan setelah itu ada cup penyedot sehingga darah kotor yang mengandung racun keluar. Beberapa waktu lalu saya dan kakak ipar melakukan bekam. Seorang akhwat yang merupakan teman pengajian kami yang menjadi terapis bekamnya. Disini saya akan menceritakan pengalaman tersebut dan bagaimana tubuh saya rasakan saat bekam. Singkat cerita saya sering sakit kepala dan lumayan sering migrain di sebelah kanan. Pengobatan secara kedokteran sudah dilakukan sampai masuk ruang radiologi untuk CT Scan dan MRI dijalani. Hasilnya alhamdulillah tidak terlalu serius. Hanya ada swelling hemishper cerebri kanan dan sinusitis. Saya teringat untuk bekam agar bisa sembuh dan memiliki kesehatan lebih baik lagi. Sedikit menyesal karena terkesan agak lambat menyadari bahwa bekam yang merupakan sunnah untuk ikhtiar sembuh dari berbagai penyakit mal

Komite Pemilihan Raya Mahasiswa(KPRM)

KPRM adalah suatu keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama un