Skip to main content

10 Faktor Pendorong atau Renungan untuk Meninggalkan Kemaksiatan

Berikut 10 faktor/renungan agar kita bisa menghindar dari kemaksiatan:

1. Merenungi keagungan Allah Ta'ala

*Jangan sampai Allah melihat dia melakukan maksiat. Karena semakin dia tidak tahu keagungan Allah maka dia akan mudah terjerumus, namun jika dia tahu akan keagungan Allah dia akan takut dan menghindari diri dari maksiat.*

2. Merenungi bahwa kemaksiatan akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta'ala dan menjauhkan kecintaan-Nya

*Jika hendak bermaksiat, ingatlah cinta Allah akan hilang sejauh mana maksiat tersebut dilakukan dan cepat atau lambat akan datang kemurkaan-Nya.*

3. Merenungi bahwa segala nikmat berasal dari Allah Ta'ala

*Begitu banyak nikmat yang kita rasakan. Dan itu semua dari Allah. Jika kita mengetahui hal tersebut harusnya kita sadar bahwa pemberian yang amat baik itu harus dibalas juga dengan kebaikan atau kepatuhan kepada-Nya. Bukan malah membangkang atau melawan hukum Allah.
Coba kembali kita ingat kisah seorang pemuda yg izin ingin melakukan maksiat kepada seorang alim, lalu orang alim tersebut mengatakan "carilah sesuatu untuk melakukan maksiat tanpa menggunakan nikmat Allah dan tempat dimana tidak ada kekuasaan Allah." Si pemuda lalu menjawab, "tidak mungkin! Karena semua ini nikmat Allah dan Allah Maha Kuasa Yang Kekuasaan-Nya Tidak Ada Batasnya."*

4. Merenungi bahwa semua keburukan yang terjadi adalah karena dosa/maksiat

*Jika di dunia kita terkena musibah, itu pasti karena dosa/maksiat. Apalagi nanti di akhirat, kita akan mendapat siksa di neraka karena dosa/maksiat yang kita lakukan.
Saat bermaksiat mungkin seseorang akan merasakan kelezatan yang akan sirna dan dia akan mendapatkan kesengsaraan yang terus menerus.*

5. Merenungi bahwa bermaksiat maka akan luput darinya kebaikan

*Maksudnya dia pasti akan rugi. Seburuk-buruk nama setelah beriman adalah fasik. Karena pelaku maksiat akan jauh dari kebaikan dan mendatangkan keburukan.*

6. Merenungi bahwa jika sedang bergelora nafsunya, saat itu setan sedang membisikinya untuk bermaksiat

*Maka hendaknya dia menundukkan nafsunya dan tidak jadi bermaksiat. Ini membuat setan murka dan lemah. Dan seseorang tersebut akan merasakan kelezatan dapat mengalakan musuh Allah.
Berdoa, dzikir pagi dan petang kepada Allah untuk dijauhkan dari setan dan kesyirikan yang diserukannya atau dari jebakan-jebakannya.*

7. Merenungi bahwa barangsiapa yang meninggalkan maksiat, Allah akan ganti dengan yang lebih baik

*Jika hal itu perkara dunia, Allah ganti di dunia. Jika itu perkara akhirat, Allah ganti di akhirat.
Ada sebuah cerita tentang seorang pemuda yang terkurung dengan lawan jenisnya di sebuah gua. Maka terlintas kesempatan untuk berzina diantara mereka. Tapi tiba-tiba dia takut kepada Allah dan tidak jadi berbuat. Maka Allah memberikannya jalan keluar dari gua tersebut.*

8. Merenungi kebersamaan Allah pada hamba pilihan-Nya

*Bagi orang-orang yang bermaksiat maka penjagaan Allah kepadanya akan hilang. Ingatlah ketika ingin bermaksiat, nanti Allah tidak akan bersamanya lagi/tidak akan menolongnya. Sabar dalam meninggalkan maksiat. Innallaha ma'ashshabirin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar.*

9. Merenungi bahwa ajal datang tiba-tiba

*Kematian adalah peristiwa gaib. Tiada seorangpun yang tahu kapan ajalnya. Jika seseorang sering mengingat kematian maka dia akan mudah meninggalkan maksiat. Ingatlah jika seseorang ingin bermaksiat, bisa saja nanti Allah akan cabut nyawanya saat dia sedang bermaksiat.*

10. Merenungi sebab bencana, musibah, kesulitan, dan sebagainya itu adalah kemaksiatan

*Sebab kebahagiaan dan keselamatan adalah meninggalkan dosa/maksiat. Barangsiapa yang melakukan  maksiat maka dia sedang melepaskan keselamatan bagi dirinya.*

Allahu a'lam.

Dikutip dari Tabligh akbar Fadhilatus Syaikh Abdurraqaz diterjemahkan oleh Ustadz Firanda Andirja, MA. di Masjid Abu Ad-Darda' Pekanbaru.

Jika ada kesalahan semata-mata karena keterbatasan penulis. Mohon dimaafkan.

Semoga bermanfaat!

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan panggilan Abu, Abi, Buya, dan Abati dalam Bahasa Arab

Bagi orang tua yang baru atau akan memiliki anak, tentu perlu memikirkan panggilan apa yang akan diajarkan kepada anaknya kelak. Panggilan dari anak kepada orang tua pastinya sangat bermakna. Namun di Indonesia panggilan anak kepada orang tua tidaklah rumit dan mempunyai makna umum. Panggilan dari anaknya berarti beliau tersebut merupakan bapak atau ibu dari anak ya ng memanggil. Contohnya: Bapak - Ibu, Ayah - Ibu, Ayah - Bunda, Papa - Mama, Papi - Mami, dll. Karena di Indonesia mayoritas muslim dan Bahasa Arab sangat populer, maka tidak jarang panggilan anak kepada orang tua dibiasakan menggunakan Bahasa Arab seperti Abi - Ummi. Namun banyak penggunaannya digeneralisir menjadi umum seperti layaknya Ayah - Ibu, padahal sejatinya panggilan tersebut adalah bahasa orang yang artinya akan berbeda jika tidak dilandasi ilmu. Berikut sy berupaya memberikan keterangan sekilas tentang perbedaan panggilan anak kepada orang tua dalam Bahasa Arab. Abu اب Untuk menunjukkan penghormatan kepada

Pengalaman Bekam Sembuhkan Sakit Kepala

Bekam atau hijamah merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Caranya yakni dengan menyayat atau menusukkan jarum ke kulit dan setelah itu ada cup penyedot sehingga darah kotor yang mengandung racun keluar. Beberapa waktu lalu saya dan kakak ipar melakukan bekam. Seorang akhwat yang merupakan teman pengajian kami yang menjadi terapis bekamnya. Disini saya akan menceritakan pengalaman tersebut dan bagaimana tubuh saya rasakan saat bekam. Singkat cerita saya sering sakit kepala dan lumayan sering migrain di sebelah kanan. Pengobatan secara kedokteran sudah dilakukan sampai masuk ruang radiologi untuk CT Scan dan MRI dijalani. Hasilnya alhamdulillah tidak terlalu serius. Hanya ada swelling hemishper cerebri kanan dan sinusitis. Saya teringat untuk bekam agar bisa sembuh dan memiliki kesehatan lebih baik lagi. Sedikit menyesal karena terkesan agak lambat menyadari bahwa bekam yang merupakan sunnah untuk ikhtiar sembuh dari berbagai penyakit mal

Komite Pemilihan Raya Mahasiswa(KPRM)

KPRM adalah suatu keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama un