Skip to main content

Karir atau Keluarga (Bag.2)

Hello bloggers, 

Pakabar yang udah lama ga ngeblog?
Lama banget ngumpulin semangat buat nulis. Akhirnya tiba-tiba dapet aja ilham dari langit.

Berhubung temanya tentang "karir atau keluarga?" pastinya yang ditunggu-tunggu seputaran kenapa ya? Terusss pengalaman apa ya yang mau di share or to be underlined, gitu?!  Ya ga?

Nah, langsung cus aja ya, melanjutkan kisah pilihan hidup saya saat ini. Tentu saja sudah ga galau lagi pilih karir atau keluarga. Saya akan jawab keluarga. Sebenarnya kalo dipikir-pikir semua wanita berkeluarga apalagi yang sudah beranak, pasti jika ditanya prioritasnya keluarga. Hanya saja mereka mungkin merasa ada beban lain selain itu.

Dengan mengesampingkan alasan personal tiap orang, saya akan menjelaskan alasan saya secara pribadi mengapa saat ini memilih untuk off bekerja, meninggalkan jenjang karir (eciee) dan fokus untuk keluarga. (Soswiidd ^^v)

1. Alasan kesehatan
Saya merasa lebih sehat secara fisik dan psikologis jika saya di rumah dan fokus pada hal-hal yang memang menjadi tanggungan wajib istri dan ibu. Membagi terlalu banyak fikiran untuk orang lain (kerjaan) dan berada diluar dari pagi sampai sore itu melelahkan. Ga usah deh bohong. Apalagi perempuan harus sadar dia punya kekuatan yang ga sebanding dengan laki-laki. Kondisi fisiknya terbatas. Bukan maksudnya membatasi ya, tapi emang begitu, jujur aja. Perlu apa saya cantumkan teori tentang fisiologis perempuan? Hehe

2. Alasan ekonomi
Saya merasa (alhamdulillah) kondisi keuangan juga cukup untuk kehidupan saat ini. Dan saya belum atau jelasnya tidak perlu bekerja hanya untuk uang tambahan. Suami bekerja dan percayalah pasti suami kasih nafkah sesuai kemampuannya. Sebagai istri harus pandai melapangkan hati dan berdoa agar terus diberikan rezeki yang luas oleh Allah. Selama ga bergaya hidup lebai, insyaAllah cukup atau malah bisa lebih (ya bisa membahagiakan ortu juga, gitu).  So, ga usah capek2 nyari uang yang ujung2nya habis buat sendiri atau malah buat kongkow2 diluar? Hemm -.-

3. Alasan agama
Saya merasa lebih baik dalam mengamalkan kewajiban agama jika ada di rumah.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa makna dari ayat {وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} yaitu menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Sedangkan makna ayat { وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى }  yaitu  janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana kebiasaan orang-orang  jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan sebab-sebabnya. (Lihat  Taisir Al Karimirrahman surat Al Ahzab 33).

Karena tujuan saya bukan lagi duniawi semata (insyaaAllah), maka untuk mewujudkannya tidak perlu repot mengejar dunia. Tidak perlu repot mengejar jabatan, nama baik, prestasi, dll, yang notabenenya duniawi(atau semi-akhiratlah?).

 Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya."

Literally, kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kalo kita melakukan itu saja yang di atas (sesuai standar), itu sudah cukup. Jangan nambah2 kerjaan, i think it's enough buat nyibukin diri kita, gengs..

Jadi, jika tujuan kita mencari pahala, menebar manfaat kepada dunia, berdakwah, dll, coba cek dulu niatnya. Yang wajibnya, sudah kita amalkan belum yang diminta oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.?!

Kadang saya sudah merasa repot dengan kewajiban akhirat saya sendiri misalnya ibadah saya. Dan saat ini belum atau tidak mau membagi untuk yang tidak terlalu bermanfaat bagi saya. Walaupun itu bermanfaat untuk orang lain. Because, percuma kalo bermanfaat tapi amalan wajib tertolak, Ya tho?

Disclaimer, bagi yang memilih karir, saya juga ga tau apakah nanti akan berkarir lagi atau engga, so, pastinya tawakkal sama Allah  minta yang terbaik.

Wallahu a'lam.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi. 😊

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan panggilan Abu, Abi, Buya, dan Abati dalam Bahasa Arab

Bagi orang tua yang baru atau akan memiliki anak, tentu perlu memikirkan panggilan apa yang akan diajarkan kepada anaknya kelak. Panggilan dari anak kepada orang tua pastinya sangat bermakna. Namun di Indonesia panggilan anak kepada orang tua tidaklah rumit dan mempunyai makna umum. Panggilan dari anaknya berarti beliau tersebut merupakan bapak atau ibu dari anak ya ng memanggil. Contohnya: Bapak - Ibu, Ayah - Ibu, Ayah - Bunda, Papa - Mama, Papi - Mami, dll. Karena di Indonesia mayoritas muslim dan Bahasa Arab sangat populer, maka tidak jarang panggilan anak kepada orang tua dibiasakan menggunakan Bahasa Arab seperti Abi - Ummi. Namun banyak penggunaannya digeneralisir menjadi umum seperti layaknya Ayah - Ibu, padahal sejatinya panggilan tersebut adalah bahasa orang yang artinya akan berbeda jika tidak dilandasi ilmu. Berikut sy berupaya memberikan keterangan sekilas tentang perbedaan panggilan anak kepada orang tua dalam Bahasa Arab. Abu اب Untuk menunjukkan penghormatan kepada

Pengalaman Bekam Sembuhkan Sakit Kepala

Bekam atau hijamah merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Caranya yakni dengan menyayat atau menusukkan jarum ke kulit dan setelah itu ada cup penyedot sehingga darah kotor yang mengandung racun keluar. Beberapa waktu lalu saya dan kakak ipar melakukan bekam. Seorang akhwat yang merupakan teman pengajian kami yang menjadi terapis bekamnya. Disini saya akan menceritakan pengalaman tersebut dan bagaimana tubuh saya rasakan saat bekam. Singkat cerita saya sering sakit kepala dan lumayan sering migrain di sebelah kanan. Pengobatan secara kedokteran sudah dilakukan sampai masuk ruang radiologi untuk CT Scan dan MRI dijalani. Hasilnya alhamdulillah tidak terlalu serius. Hanya ada swelling hemishper cerebri kanan dan sinusitis. Saya teringat untuk bekam agar bisa sembuh dan memiliki kesehatan lebih baik lagi. Sedikit menyesal karena terkesan agak lambat menyadari bahwa bekam yang merupakan sunnah untuk ikhtiar sembuh dari berbagai penyakit mal

Komite Pemilihan Raya Mahasiswa(KPRM)

KPRM adalah suatu keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama un