Skip to main content

No Marriage and Childfree

Cepat tua karena menikah dan punya anak, topik yang sedang viral saat ini. Berdasarkan pengalaman, ini tidaklah salah. Karena memang tanggung jawab dan penunaian kewajiban sebagai pasangan ataupun orang tua tidaklah ringan. Tapi toh tidak menikah dan tidak punya anak pun ujung-ujungnya juga akan tua. Cepat atau lambat.

Karena penyakit tua tidak ada obatnya. Lahir sebagai bayi tumbuh dan berkembang jadi anak-anak. Menginjak masa baligh dan sampai pada tahap dewasa lalu menjadi tua adalah takdir dari Allah atas setiap manusia yang memang diberikan umur sampai berusia lanjut.

Masalah perkara cepat tua karena menikah, bisa jadi. Namun hendaknya jangan sampai terjadi.

Ini ada do’anya:

اللَّهُمَّ إنِّي أّعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ المَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَليَّ رَبّاً، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابَاً، وَمِنْ خَلِيْلٍ مَاكِرٍ عَيْنُهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي؛ إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا

Allahumma inni a’udzu bika min jaaris suu’, wa min zawji tusyayyibunii qoblal masyiib, wa min waladin yakuunuu ‘alayya robban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainuhu tarooni wa qolbuhu yar’aani, in ra-aa hasanatan dafanahaa wa idza ra-aa sayyi-atan adza’ahaa.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak (keturunan) yang berkuasa kepadaku; dari harta yang menjadi siksa bagiku; dan dari kawan dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, namun kalau melihat kebaikanku, ia timbun dan kalau melihat kejelekanku, ia sebarkan.” (HR. Thabrani) source

Memang kan bisa jadi seseorang itu cepat tua sebelum waktunya karena pasangan hidupnya yang tidak baik akhlak dan agamanya sehingga membuatnya menderita dan sama sekali tidak bahagia. Kondisi seperti ini tentu membuat seseorang mudah stres, tidak bersemangat dan kemungkinan besar menjadi pesakitan. Lantas karena misalnya pasangan tersebut hidupnya jadi susah dan menyedihkan tak ayal ia pun mulai keriput dan ubanan padahal usianya belumlah begitu tua tak sebanding dengan hitungan tahun kelahirannya. Bisa juga karena keadaan ekonomi yang terpuruk jangankan perawatan, olahraga, mengkonsumsi makanan sehat saja jarang. Berbagai faktor inilah yang membuat orang cepat tua atau bahkan tampak tua sebelum waktunya.

Adapun jika seseorang menikah dengan pasangan yang tepat, saling memperjuangkan keharmonisan, sakinah mawaddah, warahmah, pastinya seseorang itu akan awet muda atau tampak paling tidak sesuai umurnya. Apalagi ditambah dengan pasangan yang perhatian, menyediakan waktu berkualitas, memberi saranan untuk perawatan kecantikan, olahraga rutin, makanannya sehat dan kondisi psikologis yang bahagia. Setidaknya secara mental atau rohani penuh dengan kesyukuran.

Berbeda dengan orang yang sengaja tidak menikah (no marriage), dengan alasan tidak mau berkomitmen, ingin menikmati kesendirian, ataupun belum menikah karena faktpr lain berarti dia tidak mendapatkan kebahagiaan yang didapatkan oleh orang yang menikah. Mereka punya uang tapi tidak bisa membeli hubungan dekat seperti pasangan suami istri. Karena pasangan itu laiknya supporter baik dari segi moril dan materil. Apalagi tidak menikah ini rawan terjerumus pergaulan bebas karena secara biologis tentunya manusia cenderung kepada lawan jenisnya karena diberikan hawa nafsu oleh Sang Pencipta. Bisa saja kan orang yang berprinsip no marriage in life ini lebih kumal (tidak ada yang bantu mengurus dirinya dan tidak ada yang mengingatkan makan, hehe) dan kesepian (walaupun banyak teman) sehingga mereka rentan terganggu jiwanya sehingga tampak lebih tua juga dari usianya. Walaupun, ada juga sih yang tidak menikah namun wajahnya segar bugar dan seperti awet muda, tapi diakhir hidup pastinya ia akan bertanya-tanya untuk apa itu semua? Apakah selamanya dia punya banyak uang, wajah glowing, sehat segar buga dan mapan? Ingatlah roda tak selalu di atas. Saat tua siapa yang kan merawat siapa yang kan menghibur? Dan paling penting setelah mati siapa yang kan mendoakan? Tahu kan setelah mati semua perkara dunia putus kecuali 3 hal; amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang shalih.
Pernah terlintas diberanda sosmed, kata beliau yang tidak menikah ini beliau menyesal dan berharap punya anak dan cucu. Pulang kerumah rasanya sepi sendiri dan hampa walaupun rumahnya mevvah.

Pindah ke topik childfree (tidak mau/ tidak punya anak) bisa bikin awet muda karena bisa tidur cukup, punya dana lebih untuk perawatan. Ini adalah masalah personal keluarga. Semuanya tergantung kondisi keuangan keluarga dan prioritas. Sekarang titik pentingnya bisa perawatan dan punya habit sehat. Itulah modal awet muda. Banyak kok orang yang tidak punya anak malah lebih tampak tua karena tidak perawatan dan tidak bahagia. Banyak juga orang yang punya anak tapi tetap awet muda karena hidupnya bahagia dan selalu merasa bermakna. Benar juga kata orang tergantung genetik, perhatian pasangannya, skincare dan rekening care nya.

Memang punya anak itu orang tua istirahatnya jadi kurang karena ada anak yang dunianya adalah orang tuanya. Orang tua itu adalah dunianya anak. Bagi orang lain mungkin kita bukan sesiapa, bagi anak kita adalah dunianya. Makanya anak dari bayi bergantung pada kita dan kitalah yang memenuhi segala kebutuhannya. Ya kebutuhan anak-anak yang banyak itu. Baik waktu, tenaga, uang dan lainnya semacam perasaan dan pikiran.

Di satu sisi berikutnya, bagi yang beriman, punya anak itu ladang pahala, aset masa depan, amal jariyah dan qurrata a'yun (penyejuk pandangan). Tenang, tidak selalu anak itu rewel terusss, susah dan tidak enak terus, atau payah terus menghadapinya. Ada masa dimana anak itu calm down, make us happy, dia membanggakan dan membuat kita merasa berharga.

Jadi saat kita berpikir anak itu menyusahkan, tidaklah salah 100%. Tapi tidak benar juga 100%. Anak itu masih bayi atau selagi masih kecil memang tergantung hidupnya dengan orang tua. Ibaratnya orang tua itu adalah malaikat pengganti yang bertugas mengasuh dan mendidik anak. Terutama ibunya, hamil, melahirkan, menyusui, menyapih sempurna sampai 2 tahun. Itupun cuma sebentar, paling sampai anak itu bisa mandiri. Jika kita mendidik dengan baik, membiasakan adab-adab dan mencontohkan akhlak yang mulia, sekitar usia 5 tahun ke atas insyaAllah anak sudah mandiri dan bisa membantu orang tua sesuai kemampuannya. Usia 10 tahun ke atas sudah bisa menjadi peneman orang tua (mahram) yang bisa mewakili ibu atau saudara perempuannya. Usia 15 tahun ke atas sudah baligh dan bisa (mungkin) bekerja sesuai dengan yang ia mumpuni. Usia 20 tahun ke atas bahkan sudah bisa menikah dan bisa melahirkan generasi penerus. Tinggal baktilah mereka kepada kita sebagai orang tuanya.

Apa yang kita harapkan dari kehidupan yang sebentar ini?
Tidak lah seremeh suntik botox agar wajah kencang awet muda dan glowing.
Apakah 20 atau 30 tahun kemudian wajah kita akan tetap kencang?
Disuntik atau perawatan semahal apapun tidak akan bisa membuat kita menjadi seperti usia abege kembali.
Percayalah, cepat atau lambat kita akan menjadi tua.
Tinggal bagaimana kita menghabiskan waktu, uang dan tenaga untuk itu.
Apakah kita senang-senang sendiri itu akan membuat kita nanti puas di akhirat?
Atau gimana kalau kita susah payah sekarang mengasuh dan mendidik anak dengan ikhlas?
Toh dalam mengasuh dan mendidik anak juga ada kebahagian dan keceriaan. Jika kita ikhlas dan punya ilmu dalam membersamai mereka. Kita sebenarnya bisa bahagia dengan mudah, terkadang hanya lupa cara bersenang-senang dengan anak. Padahal dunia anak itu dunia yang menyenangkan, yang dipikirkannya hanyalah main. Mereka belajar dari aktifitas main tersebut. Orang tualah yang harus mengubah mindset agar bisa paham bahwa anak-anak tidak menyusahkan justru mereka membahagiakan kita membuat hidup kita berwarna suka cita penuh tawa.
Intinya balik ke ilmu kita masing-masing, tergantung point of view kita.

Yuk bisa yuk jadi orang tua yang bahagia dan membahagiakan anak. InsyaAllah awet muda, kalau kita sering senyum dan berbagi tawa bersama anak.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan panggilan Abu, Abi, Buya, dan Abati dalam Bahasa Arab

Bagi orang tua yang baru atau akan memiliki anak, tentu perlu memikirkan panggilan apa yang akan diajarkan kepada anaknya kelak. Panggilan dari anak kepada orang tua pastinya sangat bermakna. Namun di Indonesia panggilan anak kepada orang tua tidaklah rumit dan mempunyai makna umum. Panggilan dari anaknya berarti beliau tersebut merupakan bapak atau ibu dari anak ya ng memanggil. Contohnya: Bapak - Ibu, Ayah - Ibu, Ayah - Bunda, Papa - Mama, Papi - Mami, dll. Karena di Indonesia mayoritas muslim dan Bahasa Arab sangat populer, maka tidak jarang panggilan anak kepada orang tua dibiasakan menggunakan Bahasa Arab seperti Abi - Ummi. Namun banyak penggunaannya digeneralisir menjadi umum seperti layaknya Ayah - Ibu, padahal sejatinya panggilan tersebut adalah bahasa orang yang artinya akan berbeda jika tidak dilandasi ilmu. Berikut sy berupaya memberikan keterangan sekilas tentang perbedaan panggilan anak kepada orang tua dalam Bahasa Arab. Abu اب Untuk menunjukkan penghormatan kepada

Pengalaman Bekam Sembuhkan Sakit Kepala

Bekam atau hijamah merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Caranya yakni dengan menyayat atau menusukkan jarum ke kulit dan setelah itu ada cup penyedot sehingga darah kotor yang mengandung racun keluar. Beberapa waktu lalu saya dan kakak ipar melakukan bekam. Seorang akhwat yang merupakan teman pengajian kami yang menjadi terapis bekamnya. Disini saya akan menceritakan pengalaman tersebut dan bagaimana tubuh saya rasakan saat bekam. Singkat cerita saya sering sakit kepala dan lumayan sering migrain di sebelah kanan. Pengobatan secara kedokteran sudah dilakukan sampai masuk ruang radiologi untuk CT Scan dan MRI dijalani. Hasilnya alhamdulillah tidak terlalu serius. Hanya ada swelling hemishper cerebri kanan dan sinusitis. Saya teringat untuk bekam agar bisa sembuh dan memiliki kesehatan lebih baik lagi. Sedikit menyesal karena terkesan agak lambat menyadari bahwa bekam yang merupakan sunnah untuk ikhtiar sembuh dari berbagai penyakit mal

Komite Pemilihan Raya Mahasiswa(KPRM)

KPRM adalah suatu keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama un