Skip to main content

A Letter to My Future (1)




Dimanapun kamu berada, banyak hal yang sudah kita lalui secara terpisah. Baik buruknya cerita tentang kita, kitalah yang tahu pasti. Bahkan kita tidak saling tau apa arti semua itu jika nanti kita ditakdirkan bertemu. Tapi itu bukanlah masalah besar karena memang itu hak Allah.

Harapanku kamu bukanlah sosok yang akan mengecewakan. Semoga kamu adalah sosok yang sudah berubah menjadi lebih baik. Karena itulah kita dapat bertemu nanti. Saling mendekat karena taubat. Bersatu karena ikhtiar dan istikharah. Saling melengkapi karena pada dasarnya nama kita bersebelahan di lauhul mahfuz. Jiwa merindu yang sempat terpisah. Menjadi cermin bagi diri satu dengan lainnya.

Aku juga berharap kita bisa saling belajar memahami dan menerima masalalu. Mensyukuri masa sekarang sebab kita akan dipertemukan dengan cara yang halal. Menjadikan waktu yang berlalu sebagai pembelajaran hidup yang bermakna dan bisa menjadi spion berkendara ke masa depan yang cerah. Berjalan proporsional sesuai dengan visi dan misi kita.

Sudah selaiknya kita saling mempersiapkan diri. Dari penampilan luar hingga sisi terdalam yang akan kita selami bersama dalam biduk rumah tangga. Memperbaiki cara bersikap di depan orang lain, menghindari ikhtilat semampunya. Menjaga lisan dan tulisan kita agar tidak ada kata celaan/buruk/menyakitkan hati orang lain. Belajar, menuntut ilmu, turut aktif dan berkontribusi bagi umat dan negara. Semoga kita bisa sepadan kelak.

Kesalahan-kesalahan yang dulu yang sering terjadi jangan sampai kita lakukan lagi. Wajahku dan kecantikanku hanya akan kutunjukkan padamu. Pesona terbaikmu aku harap juga hanya akan kamu tujukan padaku. Jagalah pandanganmu. Kelucuan dan kepandaian untuk menghibur harusnya hanya akan milik kita tidak untuk diumbar sehingga banyak yang menaruh harapan. Sekarang biarlah kita saling menjadi orang asing. Asing yang sama sekali tidak saling kenal. Kulitku juga tidak pernah sengaja bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Aku harap kamu juga begitu. Sebisanya seistiqamah itulah aku dan begitu yang aku harapkan ada padamu.

Alhamdulillah aku sudah memahami tentang menutup aurat namun tidak selalu menggunakan niqab, masih belajar dan mengadaptasi diri. Kadang aku lepas jika berat menghadapi masyarakat awam dan kesungkananku terhadap tetua di lingkunganku. Namun sekali lagi aku menjaga hatiku tulus hanya untukmu. Dan semoga sosok shalihmu dapat menguatkan dakwah, menghidupkan sunnah dan kita bisa terapkan itu di masyarakat. Membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah. 

Selama kita belum bertemu, aku usaha melakukan ibadah wajib sebaik mungkin. Disamping itu aku juga menjalankan ibadah sunnah sedikit namun kontinu dan memperbanyak membaca. Baik itu buku-buku bermanfaat atau browsing artikel di internet. Aku khawatir aku tidak bisa menjadi istri dan ibu yang baik kelak jika ilmuku dangkal. Karena itulah aku memperluas pengetahuanku dan kecintaanku pada wawasan yang global tapi membumi sehingga dapat langsung dipraktekkan.

Aku kerap berdoa disandingkan dengan sosok yang shalih. Karena yang shalih pastilah beradab dan berakhlak baik. Berkepribadian secure dan open minded. Biarkan aku mengharapkanmu dalam keadaan yang sempurna untukku nanti. Aku yakin sosokmu adalah yang terbaik. Karena zaman kita lebih berat dan fitnah lebih dahsyat, aku membutuhkan kekuatanmu. Kekuatan dari fisik dan mental. Tentu saja saat kita sudah bersatu nanti pasti kita akan lebih kuat. Sekarang mari kita sama-sama menguatkan dan menjaga diri dari hal-hal yang menjerumuskan kita kepada kesesatan.

Ayo kita saling menambah ilmu dan memperbaiki amal kita. Jangan sampai ada niat buruk dalam sanubari. Pikiran berangan-angan yang tidak baik. Kita saling mengharapkan yang terbaik, maka jadilah yang terbaik. Niscaya kamu ada dalam setiap doaku dan aku akan ada buatmu seorang.     
Mari kita bersihkan hati kita dari penyakit masalalu. Benci ataupun amarah terhadap hal-hal yang sudah terlewati sudahlah ikhlaskan saja semampu kita. Berusaha untuk melepaskan apapun kegundahan itu. Karena kita memang berhak untuk bebas dan tidak terjebak dalam ketertipuan dunia lagi. Hasrat yang dulu penuh dengan kemerosotan moral, kini kosong kan. Gunakan ruang kosong itu untuk lebih mencintai diri sendiri dan keluarga. Karena kebaikan dimulai dari sana. Mengisinya dengan kebaikan tidaklah mudah, butuh perjuangan. Jiwa besar adalah jiwa yang berjuang. Karena jika tidak berjuang berarti kita tidak menginginkan apa-apa.

Tentu saja aku selalu berusaha lebih mendekatkan diri kepada Ilahi agar diberi kemudahan dalam menghadapi hal tersebut. Aku juga berdoa agar kamu yang menjadi jodohku kelak dimudahkan selalu jika ada kesukaran, dilancarkan rezekinya, diberkahi kehidupannya oleh Allah Azza Wajalla.
Hari-hari yang berganti sangat cepat dan membuat kita semakin dekat. Apapun yang terjadi nanti insya Allah kita adalah jodoh dunia dan akhirat. Aku menunggumu dengan sabar dan tawakkal. Aku selalu berdoa kamulah sosok terbaik buat anak-anak kita nanti. Aku tentu tidak menginginkan sosok yang tidak baik untuk menjadi ayah dari keturunanku. Generasi yang akan meneruskan perjuangan dakwah dan peradaban ini hendaknya anak-anak shalih dan shalihah. Dan semua itu bermula dari sekarang, dari kita, sebelum kita bertemu. Semoga Allah menjadikan kita orang yang shalih dan shalihah.

Maafkan aku jika aku pernah salah dan tidak sempurna lahir bathin. Tapi aku sempurna sebagaimana Allah menciptakanku untukmu. Seperti apapun keadaannya aku akan berusaha membuatmu senang dan kau selalu ridha padaku. Itu janjiku karena memang itu yang aku niatkan dari awal. Aku ingin pernikahan kita merupakan ibadah dimana kita sama-sama ingin ridha Allah. Aku akan selalu setia padamu selama kau setia pada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Aku harap kau bisa menyanyangiku dan membersamai perjalanan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Membawa keberkahan dan menuju cinta Allah. Aku harap kita bisa sama-sama masuk kedalam surga-Nya dan membangun cinta itu selamanya. 

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan panggilan Abu, Abi, Buya, dan Abati dalam Bahasa Arab

Bagi orang tua yang baru atau akan memiliki anak, tentu perlu memikirkan panggilan apa yang akan diajarkan kepada anaknya kelak. Panggilan dari anak kepada orang tua pastinya sangat bermakna. Namun di Indonesia panggilan anak kepada orang tua tidaklah rumit dan mempunyai makna umum. Panggilan dari anaknya berarti beliau tersebut merupakan bapak atau ibu dari anak ya ng memanggil. Contohnya: Bapak - Ibu, Ayah - Ibu, Ayah - Bunda, Papa - Mama, Papi - Mami, dll. Karena di Indonesia mayoritas muslim dan Bahasa Arab sangat populer, maka tidak jarang panggilan anak kepada orang tua dibiasakan menggunakan Bahasa Arab seperti Abi - Ummi. Namun banyak penggunaannya digeneralisir menjadi umum seperti layaknya Ayah - Ibu, padahal sejatinya panggilan tersebut adalah bahasa orang yang artinya akan berbeda jika tidak dilandasi ilmu. Berikut sy berupaya memberikan keterangan sekilas tentang perbedaan panggilan anak kepada orang tua dalam Bahasa Arab. Abu اب Untuk menunjukkan penghormatan kepada

Pengalaman Bekam Sembuhkan Sakit Kepala

Bekam atau hijamah merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Caranya yakni dengan menyayat atau menusukkan jarum ke kulit dan setelah itu ada cup penyedot sehingga darah kotor yang mengandung racun keluar. Beberapa waktu lalu saya dan kakak ipar melakukan bekam. Seorang akhwat yang merupakan teman pengajian kami yang menjadi terapis bekamnya. Disini saya akan menceritakan pengalaman tersebut dan bagaimana tubuh saya rasakan saat bekam. Singkat cerita saya sering sakit kepala dan lumayan sering migrain di sebelah kanan. Pengobatan secara kedokteran sudah dilakukan sampai masuk ruang radiologi untuk CT Scan dan MRI dijalani. Hasilnya alhamdulillah tidak terlalu serius. Hanya ada swelling hemishper cerebri kanan dan sinusitis. Saya teringat untuk bekam agar bisa sembuh dan memiliki kesehatan lebih baik lagi. Sedikit menyesal karena terkesan agak lambat menyadari bahwa bekam yang merupakan sunnah untuk ikhtiar sembuh dari berbagai penyakit mal

Komite Pemilihan Raya Mahasiswa(KPRM)

KPRM adalah suatu keanggotaan yang sangat penting untuk mengelola sistem demokrasi dalam hal pergantian pengurus organisasi seperti Badan Mahasiswa. Kali ini KPRM yang dimaksud yakni dalam pergantian pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan(HMJ). Kedengarannya sangat simple. Hanya mengurus pemilihan ketua dan wakil ketua HMJ. Tapi tidak saat anda sudah masuk ke dalamnya. Kita sebagai anggota KPRM wajib tidak berpihak kepada calon manapun. Seperti miniatur Komisi Pemilihan Umum(KPU) yang ada dalam pemerintahan negara kita. Kita akan merasakan kebersamaan dengan mahasiswa kelas lain yang baru saja kita kenal. Harus ada chemistry antara semua anggota agar timbul keterbukaan satu sama lain dalam penilaian atas calon ketua dan wakil ketua. Bukan chemistry untuk jatuh cinta antara dua insan berlainan gender, namun lebih pada rasa kekeluargaan. Dibutuhkan kepercayaan yang seutuh-utuhnya. Sesama anggota KPRM wajib merahasiakan segala keputusan yang telah diambil sampai waktunya tiba. Kerjasama un